Kelas Cerpen KryaID Mengawali Tahun 2021

Mengapa
menulis cerpen? Mengapa fiksi? Padahal kemampuan menulis non-fiksi kan sangat
dibutuhkan pelajar kita saat ini.

Sesungguhnya cukup dengan jawaban sederhana: pembelajaran menulis non-fiksi sudah lebih
banyak mendapat perhatian dari sekolah. Lho, memang apa alasannya? Karena salah
satu pendukung utama untuk mengikuti ajang-ajang kompetisi dan olimpiade ilmiah
adalah penulisan makalah atau esai. Artinya sekolah punya kepentingan besar agar siswa-siswanya berhasil memenangkan olimpiade, artinya sekolah harus memberikan bimbingan untuk penulisan makalah ilmiah atau esai. Betulkah?

Minggu
depan, kembali KryaID membuka Kelas Bahasa dan Budaya, khususnya Kelas Menulis
Cerpen yang saya ampu. Sudah beberapa kali kelas ini dibuka KryaID terutama
pada masa-masa libur, dan sampai sekarang saya masih menawarkan penulisan
fiksi
.

Event pengisi waktu libur yang dilaksanakan KryaID untuk mengembalikan semangat dan gairah belajar anak-anak kita.


Fiksi
seperti cerpen masih dipandang sebelah mata, secara umum. Jadi menilai fiksi
itu ibarat bajak laut mata satu melihat mangsa
πŸ˜…πŸ˜… Padahal manfaatnya sangat
banyak dan besar, apalagi di masa BDR sekarang ini.

Anak-anak
kita masih BDR alias Belajar Dari Rumah, kan?

Di beberapa
grup WA yang terdiri dari emak-emak, apak-apak, para ortu, dan ada yang guru, menyampaikan curhatan anak-anak yang mengalami kejenuhan, kebosanan yang berdampak
pada penurunan kualitas belajar menjadi persoalan bak benang kusut. Anak-anak
menjadi kehilangan konsentrasi belajar, gampang uring-uringan, lebih banyak
menghabiskan waktu dengan bermain, enggan mendengarkan perkataan orang tua, dan
beberapa indikasi lainnya. Walhasil, ketidaknyamanan dirasakan seluruh anggota
keluarga.

Apa yang
dapat kita lakukan untuk meluruhkan ketegangan, rekreasi, mengisi daya belajar
dan berkarya kembali?

Jalan-jalan
dan piknik, kayaknya masih mustahil untuk saat ini. Kecuali ke tempat yang relatif
jarang dikunjungi orang dan bepergian dengan menggunakan kendaraan sendiri.
Berapa banyak keluarga beruntung yang bisa melakukan ini?

Walau keinginan jalan-jalan ke Santorini (Yunani) masih menjadi mimpi di tengah pandemi,
namun harapan tak surut apalagi mati.


Suka dan dukung tulisan ini.


Mendengarkan
musik? Itu sudah sering dilakukan sebagai teman belajar atau aktivitas lain?
Membaca? Lah, anak-anak tak terlalu suka baca, gak ada bacaan asik di rumah, gak
ada budget buat beli buku, baca ebook akhirnya juga beralih ke
nonton youtube atau main game 
πŸ˜…πŸ˜… Semuanya ada excuse yang
akhirnya tak ada yang bisa dilakukan selain mengeluhkan perilaku anak-anak
kita.

Kelas
Menulis Cerpen ini sebuah tawaran dengan target sesungguhnya bukan hanya agar anak-anak
secara teknis bisa menulis cerpen yang baik, namun benefit lain yang dapat merangsang dan mempertahankan semangat belajar dan berkarya. Apa saja yang akan didapatkan
anak-anak kita dari kelas ini?

Pertama, dunia
imajinasi yang tanpa batas akan mewakili ruang untuk dikunjunginya, sehingga menulis laksana rekreasi.
Anak kita akan menemui orang-orang atau mahluk-mahluk baru, berinteraksi
dengan mereka, melakukan dialog ala mereka tanpa campur tangan orang dewasa,
dan menjalani pengalaman menyenangkan tanpa rasa khawatir β€œtak bisa”. Bahkan
pandemi tak mampu menghalangi semesta imajinasi.

Kedua, anak
kita tanpa sungkan menceritakan apa yang dirasakan, pikirkan, keluhkan,
bosankan, kesalkan dengan cara mewakilkan dirinya pada salah satu atau beberapa
tokoh dalam cerita, sehingga tokoh-tokoh itu mengungkapkan dan melakukan apa yang ingin dia ungkapkan dan lakukan. Anak kita sedang menjalani proses katarsis, melepaskan toksin
emosi. Bukankah ini proses yang sangat berguna di saat ini, ayah bunda?

Ikhtiar dan doa supaya tahun 2021 menjejakkan langkah ke Pulau Buton untuk anak-anak Indonesia.


Ketiga
, fiksi (untuk
kelas anak) tak menuntut riset panjang dan mendalam, keakuratan data dan fakta,
berbahasa serba baku (karena boleh menggunakan bahasa tutur keseharian dalam
dialog), yang itu semua wajib dilakukan dalam penulisan non-fiksi. Pelepasan diri dari
banyak batasan tentu memberikan udara segar, kelapangan dada dan pikiran, kelegaan, dan mungkin “belenggu” bagi
anak-anak.

Keempat, menulis
menjadi proses untuk menajamkan kepekaan indera, empati, emosi, pikiran dan
daya kritis, yang semuanya menjadi alat mempertajam kreativitas. Kreativitas
tak hanya penting dalam dunia seni budaya dan ketrampilan, namun juga menjadi salah satu
kompetensi penting abad 21 termasuk di bidang ilmu pengetahuan.

Hanya itu?

Masih ada
beberapa yang akan saya tulis pada kesempatan berikutnya. Nah, kalau yah-ayah, nda-bunda, dan
kak-kakak punya pengalaman atau refleksi penulisan fiksi, boleh menambahkan dengan
menuliskannya di kolom komentar. Kira-kira bakal sama atau berbeda ya dengan saya? 😍😍

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *