Melanjutkan catatan tentang manfaat
blogging bagi pendidik dan peserta didik, sekarang saya akan lebih masuk ke ranah teknis.
Ketika teknologi informasi dan komunikasi hadir di sekolah dan kampus, disusul dengan rajinnya guru dan dosen memberikan tugas penulisan, hal yang paling menyedihkan adalah ketika siswa dan mahasiswa melakukan plagiasi, sebagian atau seluruhnya. Copy paste adalah cara yang paling mudah mereka lakukan, tanpa berpikir panjang dan mendalam, dan tidak memerlukan waktu banyak untuk melakukan kajian secara ilmiah. Malangnya, para pemberi tugas pun kemudian tidak membaca secara cermat setiap karya peserta didiknya. Cukup dengan sekilas baca, key words tertulis dengan jelas, susunan penulisan cukup baik, nilai pun sudah dapat ditentukan baik pula.
Cara penugasan berbasis teknologi informasi, namun dikumpulkan dengan cara konvensional, benar-benar menyulitkan bagi pendidik dan menjebak peserta didik pada budaya tidak jujur. Kalau boleh jujur, saya katakan ini bukan salah peserta didik. Tuduhan bahwa mereka tidak jujur memiliki sejumlah latar belakang yang membentuknya. Maka yang patut dan harus dilakukan, adalah membuat suatu sistem yang memotong rantai-rantai kebiasaan tidak jujur itu. Tidak cukup dengan melakukan penghakiman dan melemparkan tuduhan, serta menghukumnya dengan nilai sangat tidak memuaskan.
 |
| Beberapa mahasiswa sedang belajar blogging. Pembelajaran dilakukan di tempat yang ada layanan free wifi. (Foto: Zakyzahra Tuga) |
Blogging memberikan manfaat edukasi yang sangat besar.
Pertama,
blogging memudahkan siapapun menemukan keaslian karya
blogger. Setiap
blogger memiliki ciri khas penulisan. Dan setiap
blogger, memiliki konsistensi gaya penulisan di setiap tulisannya yang dipapar di dalam
blognya. Saya dengan gaya penulisan seperti ini di blog saya,
Jejak Literasi Zakyzahra Tuga, dan Siwi Sang dengan gaya penulisan yang dapat ditelusur dalam setiap tulisan di
blog Siwi Sang. Hal serupa dapat ditemukan pada 2 blog milik pak Budi Harsono, guru Bahasa Indonesia yang juga Kepala SMP Negeri 2 Rejotangan, blog
Buku Harian Guru dan
Catatan Harian Pejuang Literasi, gaya penulisannya sama, konsisten. Gaya penulisan mengarahkan pembaca pada kesimpulan bahwa karya-karya itu ditulis oleh satu orang, yaitu sang
blogger. Jika konsistensi gaya ini berubah, keaslian karya patut diragukan.
Ada beberapa cara untuk menelusuri keaslian karya sang blogger jika menemukan keraguan karena gaya penulisannya yang berubah:
- Copy satu frasa (kelompok kata yang tidak konsisten) atau satu kalimat utuh.
- Paste pada kolom browser, dan klik pencarian untuk menemukan frasa atau kalimat yang sama pada tautan yang berbeda.
- Lakukan berulang-ulang tatkala menemukan karya yang dicurigai sebagai hasil plagiasi.
- Niscaya akan mudah ditemukan tautan yang berisi informasi/pengetahuan yang sama baik sebagian atau seluruhnya.
Kedua, blogging dengan dasar kegiatan menulis, membuka kesempatan luas bagi para blogger untuk mengikat proses pengetahuan dan pembelajarannya agar lebih kuat dalam pemahaman dan ingatan. Menulis mengikat makna. Menulis berarti membaca dua kali. Dampak ini tidak akan dirasakan oleh para blogger yang sekedar melakukan kegiatan copy paste.
Ketiga, sebenarnya blogging juga tak luput dari langkah-langkah ilmiah. Dimulai dari menemukan menemukan topik yang merangsang keingintahuan blogger, merumuskan beberapa hipotesa, mencari dan menelusuri informasi-fakta-data yang menuntunnya menemukan jawaban, melakukan eksperimen-eksperimen (mulai dari sederhana sampai yang kompleks), menganalisa setiap temuan dan hasil yang didapatnya, hingga menemukan hasil yang diyakini benar. Tak ayal, sebagaimana tulisan saya ini.
Kalau saja ini diterapkan di lingkungan pendidikan formal, manfaat paling utama adalah memangkas rantai ketidakjujuran dalam berkarya. Dampak lainnya adalah lembaga pendidikan dan dunia pendidikan secara luas, memiliki banyak pilihan gagasan yang tertanam dalam setiap naskah pada blogger. Jujur, siapapun bisa mencuri gagasan itu untuk menjadi topik penelitian secara akademis, meluluskannya, dan memberinya peluang menerima apresiasi. Tapi karena sudah terlatih untuk jujur, mereka tidak akan menyembunyikan sekecil apapun sumber utama yang didapatnya.
Tetap pegang prinsip, berliterasi dengan jujur.
Selamat ber-blogging ria….
[***]
betul betul. masing masing tukang ngeblog punya ciri kas. coba cek dalam tiap catatan saya tidak ada lantas. jika ada tulisan tema sejarah ada penggunaan kata lantas, saya pastikan itu bukan tulisan saya.
dan naturalnya tulisan mas siwi, semuanya menggunakan huruf kecil…. hihihihi
Setujuuuuuu……..
Makasih bu sudah singgah….
Kalau ada gagasan tambahan, mangga ditambahkan 😀