Eduwisata: Bersihkan Sampahmu

Perjalanan panjang gerakan literasi itu sungguh berseni. Terlebih jika bersedia membuka indera lebar-lebar dalam kancah kolabori yang penuh keheterogenan. Betapa sangat menyenangkan dan sangat menggairahkan ketika berada dalam satu arena dengan kawan-kawan dari beragam komunitas. Ini sudah tidak lagi bicara tentang proyek, anggaran, proposal, dana, dan LPJ, yang kadang membuat meriang bahkan acapkali memutuskan tali silaturrahim. Ini sebaliknya, mengenalkan yang asing, mendekatkan yang jauh, merekatkan dalam satu napas perjalanan.
Perbincangan ngalor ngidul tanpa agenda khusus, entah mengapa selalu berakhir pada konklusi yang jelas, dan mendorong kami semua untuk mengerjakannya. Seringkali bahka spontanitas. Manajemen dadakan, modal dan amunisi apa adanya, tapi… hasilnya, bahkan membuat kami sendiri ternganga takjub. Sungguh ini campur tangan Tuhan. Keajaiban yang benar tak dinyana, bahkan perlu membuka beberapa halaman buku dari beberapa buku untuk merumuskannya dari beberapa teori yang ada.
Lintas komunitas tengah menikmati hangatnya tanah air Song Bajul, sebelum memulai ritual bersih-bersih hutan cemara Pantai Sine. (Foto: Heri Azolla Sp)

Ketika saya merumuskannya, Robin pasti akan berseru,”Lho… ya kan? Pasti kan? Yang ini baru tuntas, itu belum dikerjaan, eh, muncul gagasan lain.” Dan lainnya mengamini, lagi… Sudah, catat aja dulu jika tak hendak segera mengeksekusinya. Tapi nyatanya… kami semua justru sepakat untuk jangan ditunda… hehehe…
Saat di Geger, Sendang, tujuan kami berikutnya adalah Pantai Sine, Kalibatur, Kalidawir. Wilayah wisata yang sejak 2 tahun lalu mendapatkan perhatian besar dari pemerintahan kabupaten era Syahto. Yang paling mencolok adalah pembangunan jalan menuju area wisata yang memudahkan wisatawan berkunjung dan menikmati menu sajian alam Sine yang fantastis.
Tapi sebagaimana yang kami saksikan Jum’at (15/01/2016) lalu, sampah menyebar di sekitaran Hutan Cemara Pantai Sine, titik dimana sahabat lintas komunitas bergabung melakukan acara bersih hutan cemara. Siapa saja yang bergabung di acara keren yang digagas generasi muda Tulungagung ini? Mereka berasal dari Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) Pantai Sine, Karang Taruna Pantai Sine, Paguyuban Honda Tulungagung, Moto Mideo Family, Sanggar Kepenulisan Pena Ananda Club, Jejak Rider Kartini, dan Ekspedisi Hantu.

Saya dan mas Siwi berangkat Jum’at pukul 05.39. Sudah terlampau siang sebenarnya. Padahal sejak awal sudah berencana akan berburu sunrise. Namun karena suatu hal yang harus diselesaikan sebelum berangkat, jadilah sunrise pun lenyap dari buruan kami. Perjalanan hampir 50 menit. Kecepatan motor sempat dikurangi saat memasuki daerah berkabut tebal, sebelum memasuki Kalibatur. Saking tebalnya, kami hanya bisa menangkap cahaya lampu motor yang berjarak sekitar 50 meter. Sehingga kami harus hati-hati melewati jalur berkelok, naik turun, dan berkabut ini. Tapi begitu memasuki wilayah Kalibatur, kabut benar-benar hilang, lenyap.

Sebelum bergabung dengan kawan-kawan di hutan cemara, kami sempatkan menikmati cahaya pagi di area PPI, yang dicanangkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C. Sutardjo, 30 September 2014.
Pintu gerbang menuju area PPI Sine. (Foto: Pena Ananda Club)

Batu prasasti pencanangan PPI oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C. Sutardjo, 30/9/2014. (Foto: Pena Ananda Club)
Di hutan cemara, suah banyak cerita kawan-kawan, tentang kisah camp mereka yang dimulai sehari sebelumnya (bahkan ada yang sejak hari Senin), hingga pengalaman mengesankan menyapa dan disapa sunrise. Heri dan bu Anik menunjukkan foto-foto fantastis yang membuat saya agak kecewa, karena tak mendapatinya. Apalagi menurut kawan-kawan, agak susah menemukan sunrise di sini lantaran seringnya suasana berkabut di pagi hari.
Kami benar-benar menikmati Jum’at yang penuh berkah ini dengan berbagi cerita sembari berendam di Song Bajul, menikmati hangatnya air telaga (masyarakat lebih mengenalnya demikian, dan letaknya di muara) yang sedang tidak meluber. Jika meluber, menurut kabarnya, arus ke laut sangat berbahaya bagi perenang handal sekalipun. 
Rapat di tengah telaga?
Mengapa tidak? Nyatanya demikian. Bagaimana mendiskusikan area wisata ini, dan apa-apa yang dapat masing-masing kami untuk kontribusikan bersama dengan warga Sine, tentunya. Ini adalah gunungan gagasan-gagasan saja terlebih dahulu. Tanpa notulensi, tanpa rekaman. Hanya alam yang dapat membantu kami masing-masing untuk mengingatnya. Lalu… saya di sini pun sedang berusaha mendudah kembali ingatan itu, segera mencatatnya sebelum kemudian alam membantu saya merekam kuar peritiwa lainnya.
Menjelang jam 08.30 kami semua keluar dari bak rendaman raksasa. Dengan baju baju masih basah (saya dan bu Anik), serta teman laki-laki ote-ote langsung bergerak cepat menyapu dan memungut sampah-sampah plastik yang berserakan di sekitar hutan cemara bagian selatan. Kabarnya, teman-teman yang sejak hari kemarin nge-camp, bahkan sudah sukses mengumpulkan 2 karung pampers yang terserak di pinggirang telaga, diselip-selipkan diantara onggokan sampah dan gundukan pasir. Owh… sungguh mengerikan. Akhirnya, 2 karung pampers itupun kami eksekusi sebagaimana sampah-sampah plastik yang menggunung.
Sama sekali tidak berlebihan kalau saya katakan demikian. Karena sampah plastik bungkus kopi, rokok, junkfood, kresek, tidak hanya ada di permukaan tanah, rerumputan dan pohonan perdu saja, tapi juga nyaris tertutup rontokan ranting cemara kering, rambatan pepohonan perdu, hingga teman-teman harus merogoh dan mengambilnya dengan tangan-tangan mereka. 
(Foto: Siwi Sang)

(Foto: Siwi Sang)

(Foto: Siwi Sang)

(Foto: Siwi Sang)

(Foto: Siwi Sang)
Kesigapan Alfi Toyyibah, benar-benar membuat saya bengong. Semakin ternganga ketika dia menceritakan pengalaman saat melakukan hal seperti saat itu, ternyata yang dipegang dan ditarik adalah ular!!!
(Foto: Siwi Sang)
Selama lebih dari satu jam, semua tenaga ternyata belum berhasil menyisir seluruh wilayah hutan cemara yang tercemar sampah. Ini benar-benar luar biasa! Kami yang berjumlah lebih dari 10 kalah dengan sampah! Tangan kami bekerja, api menjadikan sampah-sampah ini abu, mulut kami pun tak berhenti berembug dan mengomentari tulisan-tulisan bagai tak memiliki kekuatan apapun.
(Foto: Siwi Sang)

(Foto: Siwi Sang)

Menjelang jang 10 kami berendeng menuju rumah mbak Kom untuk sarapan pagi jama’ ta’khir, istilah Alfi. Ah…. sekerat roti dalam cana dan kebersamaan cukup mengenyangkan pagi kita bukan? Di sela menyantap nasi dengan tuna goreng dan sambal, masih juga kita lanjutkan rembug. Seakan semenit pun berarti banget. Bagaimana tidak? Ini lo… lintas komunitas. Masing-masing memiliki potensi beda yang akan saling melengkapi satu sama lain. Begitu sayang melepaskan waktu yang tersedia.
Dan shalat Jum’at pun menjeda dari lakon pagi itu.
Sorenya, saya bersama dengan beberapa rekan bertandang ke rumah pak Modin Kalibatur. Setelah mengenalkan diri, juga tentang kegiatan keberliterasian Pena Ananda Club, kami menyampaikan keinginan untuk bisa berinteraksi dengan anak-anak Sine. Mengapa menemui pak Modin? Karena sekitar 100 anak Sine ini adalah santri TPQ asuhan pak Modin bersama dengan 3 ustadzah relawan. Gagasan itu langsung disambut semangat oleh beliau. Bahkan saat itu juga, beliau menghentikan laju anak-anak yang pulang dari TPQ untuk singgah ke rumah beliau, dipertemukan dengan kami berempat.
(Foto: Siwi Sang)
Jadilah sore itu suasana berubah, ceria, dan saya pun bernyanyi usai menanyakan beberapa hal ke anak-anak. Lalu… kami menyepakati beberapa hal:
Pertama, hari Minggu, tanggal 24 Januari jam 7 pagi akan berkumpul di rumah pak Modin, lalu kita akan bersama menuju tempat PESTA BACA DAN KREASI ANAK PESISIR, khususnya bagi anak Sine.
Kedua, nanti kita akan bersama membaca, mendongeng, membacakan cerita, menggambar, dan berkarya di PESTA BACA DAN KREASI ANAK PESISIR Sine, 24/01/2016.
12 anak yang datang sore itu sontak berseru “SETUJU”, dan itu membuat darah kami bergolak penuh semangat.
(Foto: Siwi Sang)
Dan kemudian… Malam dimana saat semua kekuatan pikir mengumpul, pengalaman hari itu memantik tema yang dapat diusung untuk PESTA BACA DAN KREASI ANAK PESISIR. Imajinasi ini telah berputar merencanakan dan merancang, juga untuk mewujud beberapa karya bagi anak-anak dan remaja. Kepada siapa saya harus berterima kasih, kalau tidak pada kalian semua, para anak muda, anak-anak… dan tentunya Allah, Tuhanku…
Saatnya berkarya…
Salam literasi….. 🙂
#CatatanEduwisata02
#PenaAnandaClub
#BersihLingkungan
#Bangoan, Sabtu, 16/01/2016; 14:05

2 thoughts on “Eduwisata: Bersihkan Sampahmu

Leave a Reply to Reezumiku Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *