AKU TAK SUKA BICARA, BAGAIMANA BISA MENULIS?

Acapkali kita berhadapan dengan kendala saat hendak memulai
sebuah tulisan. Darimana kita memulainya, dan kalimat apa yang pas sebagai
pembukanya? Bayangan bahwa membuat lead itu harus semenarik mungkin menjadi
hantu yang justru menutup pintu-pintu ide kita.
Baru saja saya kedatangan 2 orang teman, seorang dari mereka
sudah cukup saya kenal. Ada percakapan basa-basi yang mengantarkannya untuk
menyampaikan maksud kedatangannya yang sebenarnya. Sementara, kenalan baru
(bagi saya) lebih banyak mendengar percakapan diantara kami berdua. Meskipun
kedatangannya juga bukan tanpa misi tertentu, tapi dalam membangun sebuah
percakapan, factor saling kenal dan dekat sangat berpengaruh untuk bisa
mengutarakan ide, gagasan dan pendapat secara lebih mudah.

Peristiwa sederhana ini, adalah jawaban dari keraguan
kenalan baru saya itu ketika menyatakan ‘tidak ada ide’ dan ‘kesulitan saat
mulai’ menulis. Dan saya ingat sebuah nasehat bijak,“Menulislah sebagaimana kita
berbicara
”, seperti halnya saat kita bertamu, bertemu dengan kawan
lama, seperti itulah secara spontan kita mendapatkan ide dan memulai
pembicaraan tentang topik itu.
Memang, lead
adalah basa-basi yang tidak basi. Namun ketika kita pertama kali menuliskannya,
lupakan sejenak bagaimana lead itu
tampil semenarik yang pembaca inginkan. Biarkanlah gagasan kita mengalir
sederas yang dimaui, seperti ketika kita bicara dan mengungkapkan
gagasan-gagasan kita secara verbal.
Tapi saya juga bukan
orang yang bisa berbicara dengan mudah.
Bahkan berbicara pun sulit.
Bisa jadi demikian. Tapi bukan berarti mereka yang mengalami
kesulitan mengungkapkan gagasan secara verbal, mengalami keberhentian dalam
berpikir, bukan? Meskipun harus diakui, secara umum berbicara itu lebih mudah
ketimbang menulis. Namun, secara khusus, tidak sedikit orang yang tidak piawai
dalam komunikasi verbal bisa menyampaikan gagasannya lebih baik dalam bentuk
tertulis.
Jelas berbeda, paparan gagasan secara verbal dan tertulis,
antara ketidakteraturan dan ketidakbakuan dengan sesuatu yang memiliki
rambu-rambu khusus. Sama halnya ketika kita berorasi di atas panggung dimana
semua mata mengarah ke kita dan menunggu apa yang akan kita sampaikan, dengan
ketika berorasi di medan para demonstran. Mindset
bahwa sesuatu harus kita tampilkan secara sempurna lebih sering muncul saat
kita hendak berorasi di atas panggung, di gedung tertutup, dan situasi formal. Mental block lebih kuat ketimbang saat
kita berorasi di lapang terbuka, dimana kita bisa menyaksikan hampir setiap
mulut di hadapan kita juga siap menyambut orasi kita dengan orasi-orasi
‘mini’nya.
Dengan begitu, ada kalimat yang sebaiknya ditambahkangan menyertakan sumber-sumbernya yang dapat
dipertanggungjawabvkan.n jurnalistik (
pada nasehat bijak itu: seakan-akan
kita sangat dekat dan mengenal siapa lawan bicara kita
.
[***]
[kusampaikan terimakasih kepada kedua tamuku yang
menginspirasiku siang ini]
Bangoan, 19 Mei 2012
12.45

2 thoughts on “AKU TAK SUKA BICARA, BAGAIMANA BISA MENULIS?

Leave a Reply to Rekomendasi Anime Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *