Hari Sabtu (14/10) lalu, seorang siswi SMA Negeri 2 Trenggalek, sat di forum workshop literasi menanyakan bagaimana cara meningkatkan semangat baca. Jika di lingkungan sekolah, sesungguhnya jauh lebih mudah. Anjuran 15 menit sebelum pelajaran dimulai, setiap hari, membaca buku non kurikulum, jika diterapkan akan sangat manjur membangkitkan gairah baca. Tentunya setelah berlangsung setidaknya satu semester.
![]() |
| Ini foto paling menarik dari sekian foto nobar malam pertama yang menayangkan film “5 ELANG”. Cara sederhana para penonton belajar mengapresiasi karya layar lebar yang berdurasi lebih dari 1 jam. |
Diluar lembaga formal, ketentuan itu hanya bisa diterapkan di lingkungan keluarga. Nah, tentu pemberlakukannya tak bisa ditetapkan melalui undang-undang atau keputusan menteri apapun. Wong keluarga kok diintervensi. Yang bisa dilakukan adalah membangun kesepakatan sosial bersama, yang kemudian kelak dapat dikokohnya dalam wujud yang lebih mengikat, seperti halnya “matikan TV antara jam 18.00 – 21.00”.
Di lingkungan masyarakat, cara membangkitkan semangat membaca harus lebih kreatif dan dinamis lagi. Jangankan untuk menggairahkan membaca, mendorong untuk bertandang ke perpustakaan saja tak cukup dengan ajakan dan himbauan. Kalau pun datang, yang pertama kali dituju bukalah rak buku, melainkan pengelola dengan mengajukan pertanyaan “password wifi-ya apa, bund?”
Kami memilihkan salah satu cara yaitu dengan nonton film saja. Mengapa?
Ya karena mayoritas anak-anak sekarang ini sangat dekat dengan visual, entah itu dengan game, pilihan-pilhannya ketika berinternet (mayoritas jauh dari urusan membaca). Usahlah melawan arus terlalu deras jika ingin mendekatkan mereka ke tepian yang menawarkan buku dan bacaan.
Dan benar saja, siang-sore hari, anak-anak bergantian datang untuk memastikan apakah nanti malam ada nobar. Tentu tak sekedar datang dan menanyakan password wifi seperti biasanya, tapi mereka bermain wayang, memilih komik, membacanya, membincangkan komik itu dengan temannya. Dan seperti yang saya ceritakan melalui status WA, saat Minggu (15/10) kami adakan nobar, anak-anak sambil menunggu persiapan nobar dan usai nobar, sekitar 10-20 menit menyempatkan membaca dan bercengkerama dengan teman-teman tentang buku yang mereka baca.
![]() |
| Baca dulu sebelum malam harinya nobar film anak. |
Begitulah, akhirnya malam ini 11 anak dan seorang ibu nonton film 5 ELANG pilihan Pena Ananda yang berkisah tentang tim Pramuka yang dikomandani Rusdi, semangat prestasi Rusdi dengan jiwa kepemimpinannya mampu mengubah teman barunya (Baron) menjadi sosok yang lebih peduli. Kepuasan para penonton terbaca di lembar apresiasi. Bagi anak-anak remaja, mereka sudah bisa mengurai apresiasi dengan lebih rinci.
Saya juga sampaikan mereka boleh mengusulkan film untuk ditonton bersama. ANak-anak remaja mengusulkan nobar film horor. “Boleh saja, usulkan, dan bunda akan tonton dulu untuk memastikan layak dinobarkan atau tidak,” kata saya. Mereka setuju. Dan itupun baru dilaksanakan pekan depan seusai PEKAN NOBAR FILM ANAK.
Ibunda Zaki mengusulkan agar diadakan nobar rutin setiap malam Minggu. “Lumayan kan, gratis dan bisa ngumpul dengan anak-anak dan orangtua,” sambungnya. Saya pun berjanji, Pena Ananda akan berupaya mewujudkannya.
Malam ini, yang belum pernah ke perpustakaannya PENA ANANDA, mereka jadi tahu. Yang belum pernah melakukan apresiasi tertulis, malam ini mereka melakukanya secara sederhana. Yang semula mereka usai menonton langsung pulang, malam ini mereka jadi mulai berfikir bahwa menonton itu harus mendapatkan sesuatu untuk disampaikan sebagai sebuah apresiasi.
Selamat malam semua….
Salam literasi…..





