Pena Ananda Club yang mendongeng kepada adik-adik Ponggok. Momentum itu terjadi
pada saat pelaksana Green Literacy Camp (GLC), 4-7 Juli 2019, tepatnya hari Jum’at
(5/7/2019) di Desa Ponggok, Polaharjo, Klaten.
| Para Relawan PENA ANANDA CLUB bersama salah satu orangtua saat bernyanyi bersama lagu Jawa “Jah Gajah”. (Foto: GLC Photographer, Fikri) |
Seperti yang saya ceritakan di tulisan sebelumnya tentang gagasan Omah Kojah, yang kemudian diresmikan tepat
tanggal 21 April 2019 di perayaan Hari Kartini, selama GLC benar-benar difungsikan
sebagai rumah dongeng. Di seluruh Desa Ponggok ada lebih dari satu Omah Kojah.
Seperti yang pernah disampaikan bu Ratnasari Irawati, Ketua TP PKK Desa
Ponggok, rencana Omah Kojah akan ada di setiap RT. Fungsi Omah Kojah ini lebih
sebagai rumah belajar warga, tidak sekedar belajar mendongeng, namun juga
belajar dalam beraspirasi.
(Baca: Ponggok Menggagas Omah Kojah)
Omah Kojah. Relawan Nazliya mengantar dongeng berjudul “Buaya Yang Serakah”, dan relawan Nikita
dengan “Kisah Gajah dan Semut Yang Sombong”. Semula saya hanya mengamati dari foto,
perubahan ekspresi yang terjadi pada audien, anak-anak dan orangtua. Dari
wajah-wajah yang tampak biasa saja, tanpa senyum, pada foto ke sekian,
wajah-wajah mereka sumringah dan berhias tawa. Terima kasih sekali kakak
fotografer yang mengabadikan momentum ini, sehingga saya yang tidak mengikuti
acara itu bisa merasakan kehangatan dan energi positif yang tercipta di ruang
dongeng Omah Kojah.
“meniru” cara mendongeng. Karena itu para relawan menyajikan dengan tampilan
sederhana namun tetap kreatif. Tidak lupa, buku atau bacaan lainnya (koran,
majalah, cetak maupun dari internet) sebagai sumbernya.
Sebagaimana diceritakan para relawan, mereka sangat antusias mendengarkan, rileks,
ceria, dan dinamis sebagaimana saat bernyanyi bersama lagu “Jah-Gajah” dan “Semut-Semut Kecil’.
sebagai sanggar dongeng yang kelak akan melahirkan banyak para pendongeng lokal
yang profesional, menceritakan kisah-kisah dari desanya, disamping ruang
belajar literasi (salah satunya ketrampilan mendongeng) bagai para orangtua.
Rumah Dongeng sebagai sanggar juga bisa menjadi ruag hiburan warga untuk
mendengar dongeng-dongeng yang bisa digelar rutin, semisal sepekan sekali, atau
saat ada tamu-tamu desa.
(Baca: Kian Asing Dengan Mendogeng [1])
(Baca: Kian Asing Dengan Mendogeng [2])
Bagaimana ayah bunda?
dan kemauan yang kuat…