RELAWAN FBM 2015 [bagian 2]

Edisi_3
H-29


Artikel – Tjut Zakiyah Anshari



Generasi muda jaman sekarang memang jauh berbeda dibanding beberapa tahun silam. Demikian dikeluhkan seorang guru dan seorang dosen dalam perbincangan sore di waktu dan tempat berbeda. Ungkapan mereka berdua hampir sama, tentang surutnya kepedulian, kerjasama, dan kemanusiaan. Mereka benar-benar penganut Maslow, tidak akan tengok kanan-kiri apalagi mengaktualisasikan diri jika kebutuhan dasar belum terpenuhi.




Menuliskan ini, jadi teringat dengan sebuah status di FB pak Yusron Aminulloh. Beliau menuliskan demikian:


Ditengah kesulitan diri, tiba-tiba kita dikasih amanah yang justru memberatkan diri kita, akankah amanah itu kita tolak dengan alasan sedang pusing memikirkan diri sendiri? Kalau kita tolak bisa jadi masalah kita belum tentu selesai, tapi amanah itu lepas. Sedangkan kalau amanah itu kita jalankan, amanah itu tuntas dan bisa jadi masalah kita sendiri diam-diam ada solusi yang tidak kita duga-duga.

Terus apa hubungannya dengan kerelawanan? Apakah kerelawanan itu amanah? Ya biar tidak menjadi amanah yang buntutnya sebagai beban, mending tidak mengajukan diri sebagai relawan kan?


Ya, sederhananya begitulah. Cara berpikir yang sama dengan “lebih baik tidak tahu tentang hukum sesuatu daripada tahu berbuntut konsekuensi jika melanggarnya”, hukumnya seperti orang yang gila, tidur, tak sadarkan diri yang tidak kena sanksi hukum apapun jika melakukan pelanggaran.


Memang menjadi relawan itu sebuah pilihan. Namun pilihan itu sama nilainya dengan pilihan mengetahui sebuah kebenaran atau tidak. Didalam kedua pilihan itu ada satu nilai kemuliaan karena proses belajar dan menjadi berilmu. Itulah manfaat kelima, tanpa kita sadari, kita mendapatkan ilmu-ilmu baru, bahkan mungkin ilmu yang tidak kita peroleh di bangku sekolah. Bukan tidak mungkin pula, ilmu-ilmu baru itu sejatinya adalah solusi-solusi yang Allah suguhkan ke kita untuk menyelesaikan permasalahan pribadi kita.


Get it…!!!


Mengapa demikian?


Keenam, pertemuan kita dengan para relawan dengan beragam latar belakang profesi, beragam pengalaman, itu adalah kitab kehidupan yang sangat luar biasa. Jika membaca kitab-kitab tertulis kita masih ada keengganan, sekedar mau mendengar dan mencermati proses dalam menuntaskan kerja kerelawanan bersama, pasti akan mengait simpul-simpul solusi yang kita perlukan.


Kemungkinan yang terbuka lainnya adalah, ketujuh, diantara relawana-relawan adalah calon-calon karib dan mitra potensial untuk pengembangan diri dan profesionalitas diri kita. Bukankah saat ini, media dan jaringan sebagai modal penting dalam pengembangan diri dan profesionalitas?


Pun telah disingguh di bagian sebelumnya, hati dan batin yang tenang, gembira, jauh dari stress, menghancurkan kebuntuan dalam kerja otak.


Luar biasa, keberuntungan menjadi relawan. Karena itu, kerja kerelawanan juga dapat menjadi pilihan refreshing dari rutinitas yang menjenuhkan. Jika pun demikian, ini tentu refreshing yang sangat bermanfaat, bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga orang lain.


(bersambung)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *