KESEHATAN MATA, MODAL PENTING BAGI NARABLOG

Tidak ada satu aktivitas pun yang tidak memerlukan peranan mata.

Kekayaan narablog, selain bank ide, juga mata yang sehaat. | Canva by Tjut Zakiyah Anshari

Hidup di zaman digital yang
memanjakan warganet untuk mengembangkan kegiatan kreatif hingga taraf
profesional, atau sekelompok yang menghabiskan waktu menikmati hiburan. Lebih
dari 77% penduduk Indonesia terkoneksi dengan internet secara intensif,
sekurang-kurangnya antara 2-10 jam sehari, sebagaimana
hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII).

Selain tingginya penetrasi internet
memberi manfaat bagi warganet usia produktif selain pelajar, juga memberika
dampak baik secara fisik, biologis, psikis, dan mental. Pandemi memberi
kontribusi sangat besar terhadap tingkat ketergantungan manusia pada internet.

Fakta menarik lainnya adalah
peningkatan pemanfaatan internet yang diiringi dengan Gerakan Literasi Digital,
mendorong tren kepenulisan sebagai salah satu aktivitas kreatif.
Platform-platform daring yang membuka kesempatan warganet untuk membaca dan
menulis cerita kian bertumbuhan dengan jumlah pengguna lebih dari puluhan ribu
bahkan mencapai jutaan. Demikian juga media-media arus utama juga menyediakan
blog bagi netizen, seperti Kompas, Republika, dan IDNTimes.

 

Proses
Panjang Narablog

Menjadi narablog juga memberikan
pilihan manfaat, apakah sekedar untuk hobi, jurnal aktivitas yang berhubungan
dengan momen-momen penting, pekerjaan, laboratorium untuk menempa kreativitas
dan ketajaman menulis, ruang katarsis, atau sebagai media mendapatkan cuan!

Terlepas dari konsistensinya, salah
satu alasan karena narablog memiliki multi blog yang dikelola. Sedangkan untuk
menghasilkan satu tulisan, melakukan tahapan-tahapan dalam proses penulisan
dengan durasi yang berbeda antarnarablog, diantaranya:

Pertama, mengurai tema ke dalam unsur-unsur tulisan hingga alur
sesuai dengan jenisnya, fiksi atau nonfiksi. Internet membantu narablog untuk
menemukan sumber-sumber ide secara tertulis, audio, visual, dan audiovisual.

Kedua, menyusun mind map
yang saat ini bisa menggunakan aplikasi mindmapping.

Ketiga, melakukan riset daring (lebih mudah dan cepat) sesuai
dengan item mind map, terutama untuk
data dan fakta yang menguatkan hipotesanya.

Keempat, menulis naskah sesuai dengan rancangan yang sudah disusun.
Durasi yang diperlukan sesuai dengan panjang naskah, kedalaman uraian analisa,
argumen, serta fakta dan analisa data. Untuk naskah pendek (2.000-5.000
kata)  memerlukan waktu antara 1-4 jam.

Kelima, melengkapi dengan visual, foto atau infografis. Jika ilustrasi
atau infografis dibuat sendiri (semisal dengan Canva), waktu yang dibutuhkan
juga lebih lama, sekitar 1 jam untuk setiap infografis, dengan catatan sudah
memiliki referensi dan konsep ilustrasi/infografis.

Keenam, sebelum naskah dipublikasi, narablog perlu mengedit, baik
ketatabahasaan (EYD V) maupun konten, sehingga narablog sangat mungkin untuk
melakukan suntingan mayor (durasi lebih lama) maupun minor.

Tetap jaga kesehatan mata sekali pun harus menggunakan banyak waktu untuk menyelesaikan satu naskah. | Canva by Tjut Zakiyah Anshari


Mata Sehat
Narablog

Mata adalah salah satu organ paling terdampak dengan penggunaan gawai untuk
jangka waktu lama. Proses panjang menulis yang membutuhkan waktu rata-rata 2-10
jam perhari, memungkinkan
mata kita mengalami kelelahan dengan
beberapa gejala.

Pertama, mata kering yang ditandai dengan tidak lancar (seperti ada
debu di mata) untuk berkedip.

Kedua, kelompak mata atas terasa berat tidak diikuti mengantuk
atau disertai mengantuk, sehingga mata tampak sayu tak bercahaya.

Ketiga, mata gatal dan merah. Keduanya bisa muncul bersamaan, atau
satu demi satu dan saling mempengaruhi. Mata gatal merangsang kita untuk
mengucek. Karena mata terasa kering, ucekan itu menyebabkan mata menjadi
iritasi dan merah.

Keempat, mata berkedip dengan cepat untuk menangkis sensasi silau
dari layar gawai, meskipun tingkat cahaya sudah dikurangi atau diatur rendah.

Kelima, mata berair. Pernahkan sahabat narablog merasakan tiba-tiba
air mata keluar dengan sendirinya tanpa ada stimuli emosi, terlebih saat kita
menjalankan pekerjaan di hadapan gawai?

 

Gejala-gejala di atas hanya sebagian
kecil dari
Computer Vision Syndrome (CVS) atau digital eye strain (DES). Namun, CVS juga muncul di bagian tubuh
lainnya seperti tengkuk, bahu, dan kepala dengan tingkatan mulai ringan hingga
berat. Selain itu juga mempengaruhi psikis seperti menurunnya semangat, bad mood, lebih lanjut bisa menurunkan
produktivitas dan karya.

Saat gejala-gejala muncul, sebaiknya
kita memeriksakan diri ke dokter mata. Mengapa? Karena era digital ini
seringkali kita tergoda untuk mencari solusi sendiri melalui artikel dan video
di internet. Kita sebaiknya berhati-hati, karena solusi harus disertai
diagnosis yang tepat dan hanya bisa diberikan oleh
dokter mata.

 

Tindakan
Tepat untuk Kesehatan Mata

Selain kelelahan pada mata karena
tingginya intensitas penggunaan gawai, mungkin diantara kita ada yang mengalami
gangguan-gangguan lain pada mata, sebagai mana saya yang harus menggunakan
kacamata plus sejak 14 tahun lalu. Pemakaian kacamata selalu disematkan ke
seseorang yang gemar membaca, menulis, berinteraksi dengan teknologi digital,
dan dianggap keren… Padahal sesungguhnya kacamata menunjukkan adanya gangguan
pada penglihatan. Tidak selamanya orang yang menggunakan kacamata merasa
nyaman.

Sejak tahun 1980-an, teknologi LASIK (Laser-Assisted in Situ Keratomileusis) sudah mulai
dikembangkan untuk jenis gangguan refraksi, seperti mata minus (rabun jauh),
mata plus (rabun dekat), silinder, sehingga tidak lagi perlu menggunakan
kacamata atau lensa kontak. LASIK bukan hanya membebaskan kita dari gangguan
refraksi, namun juga menghadirkan kenyamanan hingga meningkatkan produktivitas
kita, para narablog.

Tentunya, setelah menjalani terapi
LASIK, selanjutnya jaga mata dengan perilaku tepat dalam menggunakan gawai.
Salah satunya dengan 20-20-20 rules
yang diperkenalkan oleh Dr.
Jeff Anshell di tahun 1990-an.
Peraturan ini menganjutkan warganet untuk
menjeda penggunaan gawai dengan cara “istirahat dari gawai setiap 20 menit
sekali, melihat obyek tertentu dalam jarak 20 kaki (6 meter), selama 20 detik”.
Sekali pun peraturan ini masih diuji tingkat efektivitasnya, patut untuk kita gunakan untuk menghindari
kelelahan mata dan dampak lainnya.

Gangguan
lain pada mata yang mungkin menyambangi para narablog dengan usia menapaki pra
lansia (jangan salah, tidak sedikit narablog di sepenjuru dunia yang usianya
lebih dari 50 tahun) adalah
katarak karena beberapa sebab
yang jarang menjadi perhatian kita, contohnya pencahayaan di rumah tidak
terlalu baik bagi kita, terlalu terang atau sebaliknya.

Di
era digital ini, penderita katarak lebih muda dibanding dekade sebelumnya. Itu
karena pola hidup saat ini sangat dekat dengan
faktor resiko munculnya katarak,
seperti kebiasaan merokok, mengonsumsi alkohol, atau mengonsumsi obat tertentu
dalam jangka waktu lama.

 

Kesehatan
Mata Untuk Keberlangsungan Produktivitas

Mata sehat adalah kenikmatan luar
biasa buat kita para narablog. Sayangnya, ketika mata terasa nyaman, kita lupa
untuk menjaganya, memberi jeda dengan 20:20:20 rules atau aktivitas lain. Jeda
selain menghindarkan mata dari kelelahan, juga memberi kesempatan kita
melakukan aktivitas lain yang bisa menjadi mood
booster
. Aktivitas apa itu? Tentu masing-masing kita yang tahu, aktivitas
apa yang bisa menaikkan mood kita.
Mungkin membaca buku cetak, salat sunnah, tilawah, bercengkerama dengan anak
atau anak bulu, atau lainnya.

Selain menjaga keseimbangan antara
hidup dengan gawai dan aktivitas non-gawai, menu untuk menjaga nutrisi pada
mata perlu mendapat perhatian besar.

Selain bank ide sebagai modal penting
bagi narablog, mata yang sehat juga modal dan investasi yang sangat penting
bagi narablog untuk menjamin produktivitas kita. Tindakan pencegahan,
diagnosis, dan penyembuhan sebaiknya juga kita lakukan dengan tepat.

Salam sehat bagi seluruh rekan
narablog se-Nusantara…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *