![]() |
| Rudolf The Black Cat | Foto: yesofcora.com |
Usai saya menyelesaikan naskah cerpen untuk keikutsertaan (kompetisi) Perpusnas Writingthon Festival 2022, saya menelusuri karya-karya kreatif dengan tokoh anabul, baik itu cerpen, novel, dan film. Ini saya lakukan untuk memastikan tidak ada unsur-unsur cerita yang sama persis dengan cerita yang saya tulis. Sama seperti kalian, saya pun menolak 1000% plagiasi.
Sekitar lima bulan lalu, saya sudah membaca salah satu novel yang sangat menarik dan menyentuh, Jika Kucing Lenyap Dari Dunia karya Genki Kawamura. Saya sudah berencana untuk menulis reviu dan pendapat tentang novel yang juga sudah dialihmediakan menjadi film dengan judul yang sama, namun sampai saat ini belum saya selesaikan, masih berupa draft.
Setelah 3 film sebelumnya yang saya tonton kemarin (1 Agustus 2022), sampai juga ke satu film yang sangat keren ini, Rudolf The Black Cat (Rudofuru to ippai attena). Film animasi ini mengisahkan tentang seekor anak kucing berbulu hitam yang sangat ganteng. Rudolf namanya. Ia menerima perhatian dan curahan kasih sayang dari pengasuhnya (maksud saya: pemiliknya). Mereka tinggal di Prefektur Gifu.
Hari itu Rudolf ingin sekali ikut pemiliknya (gadis kecil) yang akan mengantarkan strowberry ke Paman Arti, namun tidak diizinkan. Beberapa saat setelah gadisnya pergi, ia menemukan cara untuk keluar rumah dan berencana menyusulnya.
Ini pengalaman pertama Rudolf keluar rumah untuk mengejar tuannya. Ternyata berada di jalan raya bukan hal mudah bagi Rudolf. Ia berulang kali nyaris terlanggar kendaraan dan kaki manusia yang sedang jalan.
Saat ia lari dari kejaran penjual ikan karena dikira mencuri ikannya (karena Rudolf menggigit seekor ikan), Rudolf melihat mobil pengangkut barang yang akan melaju. Tanpa pikir panjang, demi menghindari kejaran penjual ikan, ia pun melompat masuk ke bak mobil tersebut.
Karena terlalu lelah, Rudolf pun terlelap. Ia terbangun saat mobil pengangkut barang itu berhenti. Saat pengemudi membuka penutup bak mobil, Rudolf yang masih diliputi rasa takut langsung melompat keluar dan berlari sekencang-kencangnya dengan tetap menggigit ikan.
Di kota Tokyo inilah petualangan Rudolf dan penemuan jati dirinya dimulai. Rudolf yang semula sebagai kucing rumahan, beradaptasi menjadi kucing jalanan.
![]() |
| Perkenalan Rudolf dengan Tiger Junk | Foto: themoviedb |
Tiger Junk (nama yang diberikan pengasuhnya) yang dikenal sebagai Ippai Attena (yang memiliki banyak nama) adalah kucing jalanan pertama yang ditemuinya. Rudolf semula sangat takut, hingga bersedia memberikan ikan dalam gigitannya ke Tiger demi keselamatannya. Rupanya Tiger tidak bermaksud menakutinya, namun justru ingin melindungi Rudolf yang masih bocah. Tiger kemudian memanggilnya “paman” atas permintaan Tiger.
Rudolf tetap berkeinginan untuk kembali ke rumahnya. Namun itu tak mudah ditempuh dengan berlari sekali pun, karena jarak Tokyo ke Gifu sangat jauh. Selama menyiapkan kepulangannya, Rudolf berkenalan dengan beberapa kucing rumahan dan seekor anjing yang dijuluki Iblis.
![]() |
| Rudolf belajar membaca dan menulis dari Tiger. | Foto: 920mi.com |
Tiger ternyata pandai membaca dan menulis. Sebelum tuannya pindah ke Amerika, setiap hari selama setahun Tiger belajar membaca dan menulis dari tuannya. Tiger mengajak Rudolf ke perpustakaan sekolah dan mengajarkan ketrampilan baca tulis ini ke Rudolf.
“Dengan belajar bahasa manusia, aku tidak akan kesulitan,” begitu jelas Tiger saat Rudolf menanyakan manfaat membaca dan menulis. Ia bisa menemukan kedai dengan menu yang diinginkan, menemukan berbagai hal yang menarik (senilai dengan harta karun), dan meningkatkan pengetahuan. Rudolf dan Meeks terbawa imajinasinya saat Tiger membacakan buku tentang fauna.
Benar saja, dengan bisa menulis, Rudolf bisa menolong Tiger yang terluka oleh Iblis. Rudolf bisa mempelajari rute yang akan ditempuh bis menuju Gifu dan mengenali nomor bis yang harus dinaikinya.
Momentum perpisahan jadi sangat mengharukan terlebih Iblis, Meeks dan pacarnya sudah akrab dengan mereka. Bagaimana pun juga, Rudolf tidak akan mengubah keputusannya untuk kembali ke rumahnya. Tiger sangat mendukungnya. Ia tak ingin kalah dengan Rudolf dengan mengatakan kalau ia juga akan ke Amerika, menyusul tuannya. Meski pun untuk menemukan tuannya bakal menghabiskan waktu yang lama.
![]() |
| Foto: gaoqing.pro |
“Putus asa adalah jawaban untuk kucing bodoh!” Begitulah pepatah yang mereka pegang.
Perjalanan Rudolf ke Gifu berjalan lancar hingga sampailah ia ke rumahnya. Bahkan dengan mudah ia bisa memasuki rumah melewati pintu samping seperti setahun lalu saat ia keluar untuk menyusul tuannya. Namun… Rudolf menemukan hal yang tak terduga, yaitu Rudolf yunior.
Film yang dirilis bulan Agustus 2016 yang berdurasi 1,5 jam ini dipastikan akan membuat penontonnya meleleh. Persahabatan, kepedulian, kebersamaan, perubahan, penerimaan, dan beberapa nilai lainnya kita dapatkan dari film ini. Semua nilai-nilai itu tersampaikan dengan sangat halus, terselip melalui peristiwa demi peristiwa dan percakapan demi percakapan diantara para tokoh film ini.
Saya dibuat terkejut saat menemukan 3 hal yang nyaris sama dengan kisahnya si Tom dan Momo dalam cerpen saya “Nenek Tua Dengan Kucing Tua di Rumah Tua“.
Pertama, fisik Tom yang berbadan kecil (karena masih bocah) dengan Momo yang berbadan dua kali lipat dari Tom, sama dengan Rudolf yang kecil dan Tiger yang besar. Kedua, Tiger yang meminta Rudolf memanggilnya “paman”, seperti Momo yang melarang Tom memanggil namanya, tapi harus memanggilnya “paman”. Ketiga, Tom yang baru tahu bahwa namanya sama dengan kucing yang dipelihara pemiliknya sebelum dirinya. “Tom” sebelum dirinya mati karena virus panleukopenia. Sedangkan Rudolf yang berhasil pulang ke Gifu, mendapati Rudolf kecil di rumah tuannya setelah dirinya pergi selama setahun. Nama mereka sama, bahkan warna bulu mereka juga sama, hitam.
Tentu saja ini semua sebuah kebetulan belaka, karena saya menonton Rudolf setelah menuntaskan cerpen Tom yang saya unggah di Storial.
Film yang sangat apik dan cocok untuk tontonan keluarga.
Tertarik juga untuk menikmatinya?



