
Anak ini masih berusia 10 tahun ketika drama hidupnya dimulai. Tepatnya setelah ayahnya (Jerome) berhenti bekerja karena mengalami kecelakaan di tempat kerja (di Paris), dan pulang ke rumahnya di Chavanon. Dari perbincangan ayah dan ibunya tahulah Remi kalau dia hanya anak angkat, anak yang ditemukan Jerome di Paris. Jerome tidak benar-benar tulus saat memungutnya. Ia berharap kelak orang tua jabang bayi ini akan mencarinya dan ia bisa mendapatkan banyak uang dari orang tua itu karena telah mengasuhnya. Jerome sangat yakin, bayi ini anak orang kaya, terlihat dari pakaian yang dikenakan saat itu.
Ternyata setelah 10 tahun, tak seorang pun yang datang untuk mencari anaknya yang hilang. Dalam kondisi Jerome yang menganggur, Remi kini dianggap beban. Hanya ada 2 pilihan, Remi dijual atau diasuh di Panti Asuhan. Membayangkan yang bakal terjadi padanya, Remi ciut hati. Bagaimana ia bisa meninggalkan Ibu Barberin yang penuh kasih sayang, walaupun kini ia tahu kalau Ibu Barberin bukan ibu kandungnya. Namun untung tak dapat diraih, malang tak dapat di tolak, akhirnya Remi disewakan ke seniman jalanan Signor Vitalis.
Setelah bersama Vitalis selama 4 tahun, tahulah Remi kalau majikannya dahulunya adalah seorang penyanyi. Remi kini menjadi bagian dari tim seniman jalanan yang dipimpinnya bersama 3 ekor anjing dan seekor monyet yang pintar-pintar dan memiliki peran masing-masing. Beruntung sekali, karena Signor Vitalis adalah sosok yang penyabar, hangat, penyayang, hingga Remi bukan hanya menganggapnya sebagai majikan, namun juga ayah.
Saat Vitalis dipenjara karena melawan polisi yang melarang mereka mengadakan pertunjukan (jalanan) di lapangan kota, Remi dipaksa untuk menggantikan Vitalis yang berperan sebagai pemimpin tim. Ternyata peran itu bukan peran yang mudah, apalagi ia belum lama bergabung dengan tim Vitalis. Beberapa kali berusaha mengadakan pertunjukan untuk mendapatkan uang sekedar untuk makan, semuanya gagal.
Namun, dalam keputusasaan ini, Remi dan teman-temannya bertemu dengan Mrs. Milligan dengan anak lelakinya, Arthur, yang hanya berbaring di kapal laut The Swan karena sakit. Arthur menyukai musik yang dimainkan Remi dengan harpanya. Sementara Mrs. Milligan sangat tertarik dengan pertunjukan Copi (anjing) dan kawan-kawannya. Pertunjukan yang sangat menghibur dan menyenangkan, sehingga Remi dan kawan-kawan diminta tinggal bersama mereka di The Swan selama Vitalis masih dipenjara. Dengan berjalannya waktu, ikatan Mrs. Milligan dan Arthur kepada Remi kian kuat, hangat, dan penuh kasih sayang. Mrs. Milligan hingga menganggapnya sebagai anak. Sungguh Remi yang sangat beruntung!
Namun ia tak bisa tetap berada di The Swan. Di hari pembebasan Vitalis, Remi mempertemukan Vitalis dengan Mrs. Milligan yang menginginkan Remi bersamanya dan menjadi saudara Arthur. Vitalis tak mengijinkannya.
Vitalis tak menduga kalau pada akhirnya ia menyesali keputusannya itu. Mereka tak bisa mengadakan pertunjukan di musim salju. Bahkan musim salju kali ini benar-benar kemalangan bagi tim mereka, dimana Zelbino dan Dulcie (keduanya adalah anjing) meninggal disantap serigala saat mereka bermalam di gubuk yang ditemuinya di hutan dalam perjalanan. Bahkan Pretty-Heart (monyet) saking takutnya naik ke atas pohon dan berada di sana hingga ditemukan pagi harinya. Akibatnya ia sakit dan kondisinya terus memburuk hingga ia pun mati.
Kehilangan 3 anggota keluarga menjadi pukulan yang sangat berat bukan hanya bagi Vitalis, tapi juga untuk Remi dan Capi yang kini menjadi satu-satunya anjing dalam keluarga mereka. Salju yang belum berhenti membuat mereka tak punya uang untuk makan dan menginap. Hingga di suatu malam, kelelahan membuat mereka tidur dengan beratapkan langit. Ketika Remi terbangun, ia berada di tempat tidur keluarga Lise dan mendapatkan kabar kalau Vitalis meninggal.
Kini tinggal Remi dan Capi (yang datang setelah mengikuti jenazah Vitalis disemayamkan). Dalam kedukaan mereka ternyata ia mendapatkan penghiburan dan keberuntungan yang sangat luar biasa. Mereka menjadi bagian dari keluarga Pierre Acquin (ayah Lise) dengan keempat anaknya. Lise adalah anak bungsu yang bisu, namun sangat ramah dan penyayang.
Rupanya garis takdir Remi harus berbalut duka dan tragis di usianya yang sangat belia. Padahal ia tak melakukan kesalahan sebagaimana Fugui di novel yang saya baca sebelum novel Hector Malot ini. Pierre Acquin pun meninggal hingga keempat anaknya diasuh oleh keluarga paman dan bibi secara terpisah. Remi pun kini sendiri bersama Capi. Hector masih menyajikan keberuntungan untuk Remi, yaitu dengan mempertemukannya dengan teman lama, Mattia, yang pernah ditemui sesaat di rumah temannya Vitalis. Yang kemudian Mattia menjadi ibarat tangan kanannya, yang selalu mendukungnya.
Waaaah…. selanjutnya, silakan dinikmati dengan secangkir kopi untuk membaca langsung novelnya ya 😃 Terjemahan novel ini diterbitkan Gramedia pada tahun 2021, jadi masih anget banget, kawan.
Hector benar-benar ingin membahagiakan tokoh utama yang tentunya juga membuat para pembaca tersenyum lega setelah beberapa kali sempat melelehkan air mata pembaca. Happy ending bukan hanya bagi Remi, tapi juga Mattia dan Lesi dan saudara-saudaranya. Ini berbeda banget dengan kisah Fugui yang hanya berteman dengan Fugui sapi di masa tuanya.
Oya, baik novel To Live (Hidup) maupun Nobody’s Boy (Sebatang Kara), keduanya sudah difilmkan lo. Tapi saya belum menontonnya. Barangkali ada teman-teman yang sudah membaca novelnya dan menonton filmnya, silakan cerita di kolom komentar reviu ini ya 😊
Novel apa lagi yang kalian rekomendasikan untuk saya baca?