Inspirasi Bagi Guru dan Menutup “Learning Loss”

Pada awal pandemi, kekhawatiran kita
adalah terjadinya learning loss. Namun, sebenarnya learning loss
sudah dialami anak-anak jauh sebelum pandemi. Pandemi ini makin memperparah.
Sehingga harapannya modul yang disusun dapat memitigasi terjadinya learning
loss
, karena faktanya hingga saat ini, untuk pembelajaran dengan tatap muka
masih mengalami banyak hambatan.

 

Bapak Totok Suprayitno, Ph.D kembali
mengingatkan hal itu dalam sambutan penutupan Workshop Finalisasi Modul Tahap X
kemarin Senin, 21/12. Modul Pembelajaran Jarak Jauh yang sejak awal dirancang agar
menjadi perangkat pembelajaran khususnya bagi siswa di wilayah 3T, ternyata
sampai saat ini baru 21% yang mengakses melalui laman Bersama Hadapi Corona. β€œMasih
jauh dari harapan,” demikian pak Totok menggaris bawahi hasil survei Puslitjak
Kemdikbud.

Artinya, tugas tim penyusunan modul
yang terdiri dari tim pengarah, penulis literasi, penulis numerasi, editor,
ilustrator, belum sepenuhnya berakhir. Tim besar bersama Kemdikbud harus
mengawal penggunaan modul ini sehingga benar-benar menjadi alat bantu, penolong
bagi anak-anak yang serba terbatas. Di beberapa wilayah, modul ini bahkan
menjadi materi utama untuk pembelajaran mereka.

Baca: Mission Completed!!!

 

Mengapa modul literasi numerasi? Bu
Fiona Handayani, MBA, staf khusus bidang isu-isu strategis kembali mengingatkan
bahwa literasi numerasi merupakan kompetensi yang sangat dasar agar anak-anak
bisa menguasai kompetensi-kompetensi lainnya. Karena itu, kita harus kawal,
agar modul ini dapat bermanfaat dan memberikan perubahan yang signifikan,
benar-benar menjawab kebutuhan di lapangan.

Selain memitigasi learning loss,
dua hal sangat menarik dari modul ini adalah pertama, modul ini sangat
komprehensif.  Modul ini disusun secara
kontekstual, menggunakan sumber daya yang ada di sekitar tempat tinggal siswa, sehingga
membuat anak kreatif dan mandiri, orang tua mudah mendampingi, demikian juga
guru. Perangkat ajar seperti modul ini menjadi sangat penting dan dibutuhkan.

Bukan tidak mungkin, pendekatan
pembelajaran yang sudah dilakukan selama pandemi, akan berlanjut setelah pandemi
berakhir, menjadi suatu kebiasaan baru dalam pembelajaran. Bahkan ke depan,
dengan merdeka belajar, mendorong kreativitas para guru untuk membuat
perangkat-perangkat ajar seperti modul ini yang disesuaikan dengan kondisi dan
potensi setempat. Inilah hal menarik kedua, yakni modul ini menjadi
insipirasi bagi para guru untuk meningkatkan kualitas belajar anak-anak itu.

Diluar inti pesan pak Totok, sebagai salah
satu penulis literasi modul tingkat SD ini, saya pun menyerap banyak inspirasi,
baik itu dalam proses maupun konten. Jadi bukan hanya guru, siswa, orang tua saja
yang terinspirasi, kami para penulis, dan bukan tak mungkin seluruh warga tim,
juga terinspirasi dengan sangat luar biasa.

Suka dan dukung tulisan ini.

Baca: Genk Penulis Caen Ketje 2020

 

Di titik ini, tak ada yang bisa
menahan gelegak hati saat PADAMU NEGERI di senandungkan. BAGIMU NEGERI, JIWA
RAGA KAMI…
 

4 thoughts on “Inspirasi Bagi Guru dan Menutup “Learning Loss”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *