Saat bu Yuni menawari saya untuk mengikuti pelatihan menulis ke Surabaya, tanpa pikir panjang saya menyanggupi. Meskipun alhamdulillah 2 naskah best practices saya sudah pernah menjuarai kompetisi nasional, salah satunya diselenggarakan Kemenpan RB, 1 naskah pernah membuat saya bersalaman dengan Pakde Karwo, yang saat itu Gubernur Jawa Timur, rasanya tetap perlu untuk mengisi daya lagi. Wong baterai HP saja bisa habis, dan semua yang fana itu pasti mengalami menyurutan dan penyusutan, maka tak ada alasan saya menolak tawaran peningkatan kapasitas diri. Syaratnya, sumber daya untuk mengikutinya pas tersedia atau bisa diupayakan dengan energi yang ada, hehehe…
Jadilah kemarin (Sabtu, 11 Jan. 2020) kami berempat (saya, bu Yun, Misana, pak Iik) menikmati semburat fajar pagi di kereta api Doho. Separoh perjalanan saya dan bu Yuni bisa berbincang ngalor ngidul, masih seputar menulis dan impian, suatu kesempatan yang telah lama tak bisa diwujudkan. Indah sekali silaturrahim manfaat… ☺️☺️☺️
Sambil meunggu jadwal diskusi jam 12.30, kami menikmati waktu menyambut dhuhur di Masji Baiturohim, depan Unmuh Surabaya. Sedang bercerita senangnya saya dengan lontong kupang, e…. tak selang berapa lama penjual lontong kupang keliling lewat. 😅😅 Benar-benar rejeki. Akhirnya kami menikmati lontong kupang yang nikmatnya nano-nano….
Diskusi tanpa mengulang materi menulis artikel. Pak Najib sangat percaya, penyampaian materi sudah tak perlu lagi. Materi dengan mudah bisa diakses dari sumber mana saja. Sebanyak pelatihan menulis yang ada, tanpa praktek, peserta hanya akan pulang dengan tangan kosong.
Maka langsung kami dianjurkan langsung menulis dengan tema yang sudah ditentukan. Target kami pasang, strategi kami diskusikan bersama. Yang menarik bukan mendiskusikan materi tentang penulisan artikel, tapi konten terkait tema. Pak Wandik, bu Endah, bu Maharti, pak Sarpan, pak Sulthon, tentu saja pak Najib sebagai penggagas embrio Komunitas Rumah Menulis, kami berdiskusi sangat dinamis. Kami yang sudah terbiasa menulis dalam kondisi apapun, alias gaduh pula, ya putus nyambung antara menulis, berbicara, dan mendengarkan…. hehehe….
Harusnya artikel tuntas. Tapi nyatanya mayoritas harus menjadi PR.
BUKU… itulah satu diantara sekian target bersama.
Orang-orang hebat adalah yang selalu menguatkan sikap apresiatif pada orang lain. Demikian atmosfir siang hingga sore kemarin. Berkumpul dengan para orang hebat, yang tidak selalu berhujan pujian, tapi bisa mengubah kelemahan menjadi kekuatan, dan tantangan menjadi peluang. Setidaknya itu digambarkan bu Endah dengan calon bukunya yang bertajuk unik: “From Prettt to Perth”.
Bukumu sudah banyak?
Bersyukurlah. Namun bukan berarti yang masih setapak tak ada artinya. Banyak “From Prettt To Perth” yang akan membeliakkan mata kita. Begitulah energi orang hebat…
Terima kasih untuk semua dan terima kasih penuh pujian hanya padamu Tuhanku, Allah…
Run run run …. running towards resolution 2020…
Bismillaah…..






Subhanallah,,sudah jadi tulisan yg sgt menginspirasi.
trm ksh byk ibu Tjut
Alhamdulillaah bu Endah, berkat energi positif yang terpancar kemarin, masih terasa hingga saat ini.
Semoga segera tuntas karya-karyanya, bu… ^_^
masyaallah bu tjut, saya jadi semakin semangat melanjutkan menulis, beberapa waktu sebelumnya sempat meredup.
terinspirasi "cahaya dari pantai popoh"
#yes2020
Silaturrahim literasi sungguh memberi keajaiban nggih… Semoga 2020 adalah tahun penuh keajaiban pula buat kita semua, lewat semangat berkarya kita…. aamiiin ^_^