Saat saya datang di Sanggar Bhakti Pramuka pagi ini, Sabtu (7/9/2019),
lebih dari separuh aula sudah dipenuhi anak-anak berseragam olah raga sekolah
masing-masing. Padi itu saya memenuhi undangan GenBI Kediri Komisariat IAN
Tulungagung untuk mendongeng di acara yang mereka gelar bertajuk DoReMi, Dolanan Bareng Mas Mbak GenBI. Ada
170 siswa dri 17 SD di Tulungagung, yang menurut mereka lebih 2 sekolah dari
yang direncanakan.
lebih dari separuh aula sudah dipenuhi anak-anak berseragam olah raga sekolah
masing-masing. Padi itu saya memenuhi undangan GenBI Kediri Komisariat IAN
Tulungagung untuk mendongeng di acara yang mereka gelar bertajuk DoReMi, Dolanan Bareng Mas Mbak GenBI. Ada
170 siswa dri 17 SD di Tulungagung, yang menurut mereka lebih 2 sekolah dari
yang direncanakan.
Sambil menunggu sesi saya, beberapa sahabat GenBi secara bergantian
menemani saya dan berbincang seputar GenBi dan kegiatan-kegiatan yang mereka laksanakan
selama masa kontrak dua tahun. DoReMi kali ini adalah kegiatan paling besar
dari yang pernah mereka laksanakan sebelumnya dengan melibatkan 17 sekolah.
Sebelumnya kegiatan dilaksanakan di satu sekolah tertentu, atau dua sekolah
yang dilaksanakan di Balai Budaya.
Kegiatan penyemarak Hari Kemerdekaan RI ini mengambil tema “Melestarikan Budaya
Membaca dan Permainan Tradisional”. Selain dongeng yang saya
sajikan, ada materi CIKUR (Ciri Khusus Uang Rupiah) dan 6 jenis permainan
tradisional yang dilombakan. Wah, padat sekali kegiatan hari ini.
Membaca dan Permainan Tradisional”. Selain dongeng yang saya
sajikan, ada materi CIKUR (Ciri Khusus Uang Rupiah) dan 6 jenis permainan
tradisional yang dilombakan. Wah, padat sekali kegiatan hari ini.
Tepat jam 9 kurang seperempat, saya sudah berhadapan
dengan 170 anak yang wajahnya penuh semangat. Tidak lagi perlu waktu lama untuk
membangun suasana, karena sudah tercipta bersama kakak-kakak GenBI di satu jam
sebelumnya.
dengan 170 anak yang wajahnya penuh semangat. Tidak lagi perlu waktu lama untuk
membangun suasana, karena sudah tercipta bersama kakak-kakak GenBI di satu jam
sebelumnya.
Seperti biasa, saya akan membawakan dongeng yang
naskahnya saya tulis dan disesuaikan dengan tema yang ditetapkan panitia. “Bidak Bukan Pemenangnya” menceritakan tentang
ambisi Bidak (seekor badak) yang ingin menjadi juara lomba gasing (kekehan) bluluk (kelapa yang masih bayi) agar ia mendapatkan dukungan teman
sekelas menjadi ketua kelas baru. Dari judulnya, anak-anak tahu Bidak kalah
dalam pertandingan itu. Namun sebenarnya Bidak sempat memenangkan perlombaannya
sebelum kemudian (saat pengumuman pemenang) diketahui telah melakukan
kecurangan.
naskahnya saya tulis dan disesuaikan dengan tema yang ditetapkan panitia. “Bidak Bukan Pemenangnya” menceritakan tentang
ambisi Bidak (seekor badak) yang ingin menjadi juara lomba gasing (kekehan) bluluk (kelapa yang masih bayi) agar ia mendapatkan dukungan teman
sekelas menjadi ketua kelas baru. Dari judulnya, anak-anak tahu Bidak kalah
dalam pertandingan itu. Namun sebenarnya Bidak sempat memenangkan perlombaannya
sebelum kemudian (saat pengumuman pemenang) diketahui telah melakukan
kecurangan.
![]() |
| Anak-anak bersama saya beraksi memainkan enthik dengan mengimajinasikannya. Mayoritas anak yang hadir ternyata belum pernah memainkannya. (Foto: Nikita) |
Ceritanya tampak mudah. Namun menjadi sangat dinamis
karena saya melibatkan anak-anak untuk menentukan permainan-permainan
tradisional yang dilombakan di kelas mereka masing-masing. Sengaja saya
melontarkan jenis permainan tradisional yang tidak dilombakan di acara DoReMi
ini, seperti permainan gedrik atau engklek yang dilakukan oleh siswa Kelas
Kecil, dan enthik yang dilakukan
anak-anak di Kelas Menengah Sekolah Wanara.
karena saya melibatkan anak-anak untuk menentukan permainan-permainan
tradisional yang dilombakan di kelas mereka masing-masing. Sengaja saya
melontarkan jenis permainan tradisional yang tidak dilombakan di acara DoReMi
ini, seperti permainan gedrik atau engklek yang dilakukan oleh siswa Kelas
Kecil, dan enthik yang dilakukan
anak-anak di Kelas Menengah Sekolah Wanara.
![]() |
| Antusiasnya anak-anak untuk berpartisipasi dalam dongeng interaktif ini. (Foto: Nikita) |
Saya mengajak anak-anak melakukan gerakan di permainan
itu, gedrik, enthik, dan kekehan.
Tentu suasana menjadi sangat seru, bahkan nyaris tak terkendali ketika sesi “babak
penyisihan lomba kekehan”, karena
harus dipilih para juara yang akan bertanding di final. Yeesss!!! Anak-anak
menjadi sangat luar biasa! Menyanyi dan beraksi bersama sebelum mereka benar-benar
berlomba.
itu, gedrik, enthik, dan kekehan.
Tentu suasana menjadi sangat seru, bahkan nyaris tak terkendali ketika sesi “babak
penyisihan lomba kekehan”, karena
harus dipilih para juara yang akan bertanding di final. Yeesss!!! Anak-anak
menjadi sangat luar biasa! Menyanyi dan beraksi bersama sebelum mereka benar-benar
berlomba.
![]() |
| Rasa percaya diri, kejujuran dan sportivitas dapat dibangun dan dikuatkan melalui dongeng. (Foto: Nikita) |
Selain dapat bersenang bersama dengan anak-anak, saya sedang mengantongi
sejumlah gagasan yang sangat membuat saya antusias, apalagi memiliki korelasi
kuat dengan tema Festival Bonorowo Menulis III, SEMUA UNTUK ANAK. Anak-anak adalah energi kehidupan, dan energi
kehidupan selalu menebarkan energi inspirasi.
sejumlah gagasan yang sangat membuat saya antusias, apalagi memiliki korelasi
kuat dengan tema Festival Bonorowo Menulis III, SEMUA UNTUK ANAK. Anak-anak adalah energi kehidupan, dan energi
kehidupan selalu menebarkan energi inspirasi.
Sampai jumpa di dongeng berikutnya, ya Nak-Anak… JJJ





