bapak, masih ingat dongeng yang pernah panjenengan
dengar saat masih kecil dulu?”
dongeng apa yang bunda ayah ceritakan pada putra-putri tercinta?”
pertanyaan itu selalu membuka kelas saya mengisi parenting di BALI DESA. Kelas ini diikuti oleh orangtua (dan orang
tua) serta guru yang mengantar putra-putrinya ke kelompok membaca BALI DESA.
Dari
lima desa, saya hanya bisa menemui para orangtua di dua desa (di tiga desa
lainnya disampaikan oleh para relawan karena pelaksanaannya paralel), sementara
dapat disimpulkan bahwa orangtua mengulang
pengalaman masa kecilnya. Bukan hanya karena kesibukan yang menyebabkan
orangtua sekarang tidak mendongeng pada anak-anak, “mungkin” juga disebabkan
karena mereka punya pengalaman serupa di masa kecil, “tidak pernah mendengar
dongeng”. Kalau toh ada, itu adalah dongeng Kancil Mencuri Mentimun.
parenting di BALI DESA ini mengusung pesan
utama Gerakan Nasional Orangtua Bacakan Buku (Gernas Baku) yang salah satu
keluarannya adalah arisan buku/majalah untuk memenuhi koleksi buku dalam
keluarga. Arisannya pun tidak besar, cukup sehari Rp500,00 (lima ratus rupiah).
Potelan arisan dilakukan seminggu sekali, sehingga iuran perminggunya cukup
Rp3.500,00. Gagasan ini pernah saya tuliskan di Arisan Buku Dorong 4C Pada
Orangtua.
terbatasnya ingatan kita tentang dongeng di masa lalu, terbatasnya koleksi
cerita tutur, maka kehadiran buku menjadi sangat penting untuk membantu
memenuhi kebutuhan konten dongeng. Bukan berarti para orangtua harus membaca
buku, mengingatnya, lalu mendongengkannya diluar kepala. Ada cara yang sangat
mudah membantu untuk mendongeng atau bercerita, yaitu “membacakan buku”.
saya paparkan mengapa menggunakan buku, manfaat membacakan buku dibanding
anak-anak membaca buku sendiri, cara memilih buku, dan membacakan buku secara nyaring
yang asik… akhirnya para orangtua praktek “membaca nyaring” secara berkelompok.
meskipun awalnya kikuk dan kaku, membacakan buku itu menyenangkan, ya bun,”
komentar salah satu peserta di kelas parenting
BALI DESA Plandaan.
menarik, seperti diungkapkan Ibu Septi, Ketua TP PKK Desa Mangunsari, bahwa
para orangtua bisa memanfaatkan buku-buku yang disediakan oleh Perpustakaan
Desa. Hal serupa juga disampaikan Ibu Luluk, Ketua TP PKK Desa Plandaan.
arisan buku/majalah sampai saat ini belum terdengar kabar berita, setidaknya
dengan lontaran gagasan ini, suatu saat akan dapat diterima. Ini adalah
tantangan berikutnya, bagaimana arisan ini dapat memberikan manfaat, bukan
hanya untuk menjawab terpenuhinya koleksi buku dalam keluarga, tetapi juga
adaya momentum pertemuan antar peserta arisan yang diisi dengan perbincangan
dan diskusi seputar pengasuhan, terlebih konsep, teori, dan praktek pengasuhan
yang terus berkembang sesuai tantangan jaman.
siap hadir dimana saja untuk menjadi sahabat anak dan keluarga.
hangat selalu untuk anak-anak dan orangtua seluruh Nusantara… JJJ








