BALI DESA, Kembali Ke Desa [1]

Saat mendengar beberapa teman muda yang semula
merantau ke kota-kota besar, mengambil keputusan untuk kembali ke Tulungagung,
betapa girang hati saya. Aneh saja. Karena belum tentu diantara mereka akan
berkolaborasi dengan saya atau
Pena Ananda Club.
Bagaimana pun saya mengingat mereka yang beberapa tahun ke depan akan
memberikan perubahan luar biasa pada kota kecil ini.

Sosialisasi tentang BALI DESA oleh Cintia Adiend (Pena Ananda Club) di Rapat Koordinasi Kepala Desa Se-Kecamatan Kedungwaru, 12/2/2019. (Foto: Pena Ananda Club)

Seruan “bali
nang desamu
” tentu tak menjanjikan harapan manis. Tapi kita bisa rajut
bersama harapan dan impian yang kecil-kecil sebagai kelereng salju yang terus
menggelinding, menyatukan dan kian membesar.

Semangat kembali ke desa, kami (Pena Ananda Club)
jadikan sebagai salah satu upaya kian mendekatkan budaya literasi di desa-desa
dalam program BALI DESA. Maka “bali” tidak hanya sebuah ajakan dan
panggilan untuk kembali, namun ajakan dan panggilan untuk “Bakti Literasi”. BALI
menjadi akronim dari Bakti Literasi.
BALI DESA mulai dilaksanakan pada bulan Maret 2019. Tahun
2019 ini, direncanakan akan diwujudkan di 19 Desa di Kecamatan Kedungwaru,
Tulungagung. Kegiatan yang dilaksanakan setiap hari Minggu pertama tiap bulan
ini berpindah dari satu desa ke desa lain. Jadwal pun disepakati bersama dalam
pertemuan Kepala Desa di pertengahan Februari 2019.

BALI DESA memang bukan kegiatan rutin di satu desa.
Tujuan program ini lebih pada upaya mengenalkan kegiatan literasi paling dasar
dan mudah untuk dilakukan, sehingga dapat ditiru secara rutin oleh semua pihak
di desa.
Disepakati penjadwalan akan ditentukan oleh Desa dan Kecamatan. Jadwal pertama disepakati oleh Desa Bangoan yang akan dilaksanakan pada hari Minggu pertama bulan Maret 2019. (Foto: Pena Ananda Club)
Demam “kata literasi” namun bersamaan dengan itu
menghadirkan ragam kebingungan. Berbagai pertanyaan muncul mulai dari hal yang
paling mendasar tentang makna literasi, apa saja ruang lingkupnya, dan
bagaimana memulai. Ini adalah respon kritis masyarakat dan stakeholder yang meskipun
sekecil apapun pernah bersentuhan dengan literasi tidak mengenalinya sebagai
literasi.
Apakah BALI DESA akan bisa menjawab semua itu?
Tidak! Karena literasi tidak sekedar dan berhenti
pada wacana. Literasi itu praktek dan pengalaman yang dari sekecil kelereng
salju akan terus menggelinding di atas salju-salju pengalaman hingga membesar
menjadi bola pemahaman bersama. Maka tiga (3) kegiatan yang mejadi inti BALI
DESA hanyalah inspirasi kecil untuk dilanjutkan oleh setiap peserta, masyarakat
desa, dan tentunya Pemerintah Desa yang mengampu kewajiban utamanya. Tidak
tanggung-tanggung, saat ini pun Pemerintah Desa bisa menggunakan Dana Desa
berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa
Tahun 2019
. Khusus literasi tertulis di halaman 32-33.
Apa saja tiga (3) kegiatan di BALI DESA Pena Ananda
Club?
(Bersambung)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *