Cerpen dan The Guilty

Pertanyaan yang kerap diajukan peserta kelas menulis cerpen, diantaranya adalah berapa karakter batasan sebuah cerpen. Balik saya tanya, apa yang ingin Anda ceritakan? Apakah Anda percaya bahwa batasan maksimalnya adalah 10.000 kata. Ada yang mneuliskan bahwa batasannya antara 500-20.000 kata. Bagi kelas saya, kalau batasan itu membelenggu eksplorasi unsur utama dalam cerpen, abaikan.

Kini saya bisa katakan, cerpen itu seperti nonton film The Guilty, film Denmark 2018. Film yang masuk kategori genre thriller ini tidak neka-neka. Latarnya hanya menggunakan ruang kerja Asger Holm (dimainkan Jacob Cedergren), seorang polisi yang dinonaktifkan dari tugas lapang, dialihtugaskan sebagai operator Panggilan Darurat 112. Setting yang sangat sederhana, tidak hanya latar ruang, tapi juga latar waktu. Adegan dialog yang tak lebih menggambarkan 2-3 jam upaya Asger menyelamatkan Iben yang diduga korban kekerasan suaminya, dan ternyata menuai rasa bersalah Asger (dan membangkitkan rasa bersalah lebih dalam yang menyebabkannya terbelit kasus saat ini), tuntas lengkap dengan klimaksnya.

Penonton sama sekali tak melihat penampakan wajah sosok-sosok yang mempengaruhi pergulatan batin Asger. Kita dipaksa untuk mengimajikan saja si Iben, Michael, si kecil Mathilde dan Oliver yang hanya disebut nama tanpa terdengar suaranya. Rekan sesama petugas polisi dan sahabatnya Rasyid. Semuanya cameo meskipun menentukan jalannya cerita batin Asger. Para cameo ini menentukan bagaimana sikap Asger terhadap kasusnya sendiri, sebagaimana telponnya ke Rasyid untuk menghadapi persidangannya keesokan harinya. Asger meminta Rasyid tidak lagi berbohong demi membela dirinya!