Sebuah refleksi PEREMPUAN NGOPI #1
Minggu, 3 Desember 2017
Rasa kangen untuk bisa ngumpul sesama perempuan dan berceloteh seputar
dunia perempuan dan goresannya, akhirya pagi tadi terwujud sudah. Ahad pertama
di bulan penghujung 2017 ini, mbak Sembadra Alya dan Ayuningtyas bersama saya ngopi
di Pena Ananda Club. Tak perlu membawa apapun, kecuali wajib dengan cerpennya.
Bebas, apakah yang sudah diterbitkan dalam sebuah buku antologi, di media arus
utama, di media baru, bahkan mungkin masih tersimpan rapi di kotak Pandora.
dunia perempuan dan goresannya, akhirya pagi tadi terwujud sudah. Ahad pertama
di bulan penghujung 2017 ini, mbak Sembadra Alya dan Ayuningtyas bersama saya ngopi
di Pena Ananda Club. Tak perlu membawa apapun, kecuali wajib dengan cerpennya.
Bebas, apakah yang sudah diterbitkan dalam sebuah buku antologi, di media arus
utama, di media baru, bahkan mungkin masih tersimpan rapi di kotak Pandora.
![]() |
| Membaca lalu memotret, belum sampai menguliti di pertemuan pertama PEREMPUAN NGOPI ini. Meski seduhannya teh dan putihan, ngumpul hari ini membuktikan PEREMPUAN JUGA SUKA NGOPI! (Foto: Asakita) |
Tak ada alasan ngopi yang hanya bertiga membuat kendur semangat kami.
Oh… tidak… Setelah sekilas saling berkenalan, kami langsung bertukar cerpen
untuk dibaca. O iya, sengaja diwajibkan cerpen dalam bentuk hard copy adalah untuk menghindari
kelelahan mata, plus lebih tepat untuk momentum temu muka begini.
Sungguh, kelihatan banget, kalau membaca itu selalu memantik
gagasan-gagasan. Buktinya, ditengah-tengah membaca, selalu jeda untuk
mendiskusikan sesuatu, entah itu yang berhubungan langsung dengan cerpen yang
dibaca, atau yang terstimuli saja dan tak berhubungan langsung. Mbak Sembadra
paling aktif membagikan uneg-unegnya yang kemudian saya goreskan dalam lembar ide
bersama yang entah apakah
nanti akan kami gunakan sebagai gagasan cerita atau tidak. Tapi sayang untuk
dilewatkan begitu saja.
gagasan-gagasan. Buktinya, ditengah-tengah membaca, selalu jeda untuk
mendiskusikan sesuatu, entah itu yang berhubungan langsung dengan cerpen yang
dibaca, atau yang terstimuli saja dan tak berhubungan langsung. Mbak Sembadra
paling aktif membagikan uneg-unegnya yang kemudian saya goreskan dalam lembar ide
bersama yang entah apakah
nanti akan kami gunakan sebagai gagasan cerita atau tidak. Tapi sayang untuk
dilewatkan begitu saja.
Cerpen mbak Sembadra yang kami baca bersama hari ini berjudul “Meraih Mimpi di Negeri Formosa” yang
sudah diterbitkan dalam bentuk Antologi Selendang Mayang oleh Asean
Women Writers Association, cetak bulan Juli 2017. Menurut penulisnya, cerpen
ini terinspirasi dari cerita kenalannya yang memang BMI di Taiwan. Mbak
Sembadra sangat berapi-api saat menceritakan kisah perempuan kenalannya itu.
Ayu mengakui, diksi cerpen ini cukup bagus, dengan alur yang mulus. Sehingga
sekali baca langsung dapat ditangkap maksud dan premis cerita.
sudah diterbitkan dalam bentuk Antologi Selendang Mayang oleh Asean
Women Writers Association, cetak bulan Juli 2017. Menurut penulisnya, cerpen
ini terinspirasi dari cerita kenalannya yang memang BMI di Taiwan. Mbak
Sembadra sangat berapi-api saat menceritakan kisah perempuan kenalannya itu.
Ayu mengakui, diksi cerpen ini cukup bagus, dengan alur yang mulus. Sehingga
sekali baca langsung dapat ditangkap maksud dan premis cerita.
Ini berbeda dengan naskah saya yang berjudul “Momentum Kopi Anglo” yang membuat mbak Sembadra harus membaca
berulang untuk menemukan maksud kisah keluarga mantan ajudan bupati itu. Saya
merasa beruntung dengan hasil timbangan Ayu yang menemukan ruh dari cerpen saya
ini, yakni momen keluarga yang sudah menjadi tradisi, memberikan jejak
tersendiri di hati para anggota keluarganya. Ayu juga menyukai premisnya. Bagaimana pun yang namanya jalan hidup atau
yang lebih elok disebut takdir, tak selalu matematis. Terkadang sudah berjalan
sangat hati-hati pun selalu ada kemungkinan tergelincir atau terhantam ujian.
Tapi bukan berarti lebih menguntungkan jika mengabaikan kehati-hatian.
berulang untuk menemukan maksud kisah keluarga mantan ajudan bupati itu. Saya
merasa beruntung dengan hasil timbangan Ayu yang menemukan ruh dari cerpen saya
ini, yakni momen keluarga yang sudah menjadi tradisi, memberikan jejak
tersendiri di hati para anggota keluarganya. Ayu juga menyukai premisnya. Bagaimana pun yang namanya jalan hidup atau
yang lebih elok disebut takdir, tak selalu matematis. Terkadang sudah berjalan
sangat hati-hati pun selalu ada kemungkinan tergelincir atau terhantam ujian.
Tapi bukan berarti lebih menguntungkan jika mengabaikan kehati-hatian.
Ayu juga mengakui, bagi pembaca yang malas untuk berpikir mendalam,
cerpen saya ini sudah tereliminasi dari daftar bacaan. Hehehe… Karena bagi Ayu,
ketika dia berkarya selama ini lebih sering berorientasi kepada pembaca. Bahkan
itu menjadi excuse-nya di awal saat
hendak menyajikan cerpennya di meja kopi pagi ini. Bacaan ringan dan untuk
dunia mahasiswa, ujarnya.
cerpen saya ini sudah tereliminasi dari daftar bacaan. Hehehe… Karena bagi Ayu,
ketika dia berkarya selama ini lebih sering berorientasi kepada pembaca. Bahkan
itu menjadi excuse-nya di awal saat
hendak menyajikan cerpennya di meja kopi pagi ini. Bacaan ringan dan untuk
dunia mahasiswa, ujarnya.
“Dua Cangkir Lemon Tea Dalam
Renjana Kenangan” membawa saya ke beberapa cerita yang dituliskan Surya
Laili Islami dan Rizky Auditama Cahyono, dua anak Pena Ananda dengan karyanya
yang sudah diterbitkan Pena Ananda. Lazimnya penulis untuk remaja dan dewasa
awal, dialog cukup kaya. Beda dengan penulis matang usia (yang tidak selalu
identik matang karya lo… hehehe), lebih cenderung miskin dialog. Ketika mbak
Sembadra menyampaikan potretannya, ada kesamaan di cerpen saya dan Ayu, yaitu
tentang profesi penulis dan hobi menulis, Ayu berpendapat sebagian penulis akan
menjadikan latar belakang dirinya sebagai pijakan dalam berkarya. Kala secara
teorema, ini yang disebut faktor ekstrinsik penulisan fiksi.
Renjana Kenangan” membawa saya ke beberapa cerita yang dituliskan Surya
Laili Islami dan Rizky Auditama Cahyono, dua anak Pena Ananda dengan karyanya
yang sudah diterbitkan Pena Ananda. Lazimnya penulis untuk remaja dan dewasa
awal, dialog cukup kaya. Beda dengan penulis matang usia (yang tidak selalu
identik matang karya lo… hehehe), lebih cenderung miskin dialog. Ketika mbak
Sembadra menyampaikan potretannya, ada kesamaan di cerpen saya dan Ayu, yaitu
tentang profesi penulis dan hobi menulis, Ayu berpendapat sebagian penulis akan
menjadikan latar belakang dirinya sebagai pijakan dalam berkarya. Kala secara
teorema, ini yang disebut faktor ekstrinsik penulisan fiksi.
Yang lebih menarik adalah ketika sekilas mengulas tentang ide-ide
cerita. Sesungguhnya ketia cerpen ini masing membuka peluang besar untuk
lahirnya kisah-kisah lain dari ide-ide utama ketiganya.
cerita. Sesungguhnya ketia cerpen ini masing membuka peluang besar untuk
lahirnya kisah-kisah lain dari ide-ide utama ketiganya.
Seperti ide mbak Sembadra tentang latar belakang dan kehidupan BMI,
saya sampaikan bahwa kisah-kisah kehidupan BMI super duper bercorak
ragam.Sebagian ada yang menjadi korban trafficking.
Dan kasus trafficking itu jauh tak
terbilang jumlahnya, tidak hanya di perburuhan BMI, tapi juga prostitusi, jual
beli anak untuk adopsi ilegal, nikah kontrak (prostitusi terselubung), hingga
perdagangan organ tubuh.
saya sampaikan bahwa kisah-kisah kehidupan BMI super duper bercorak
ragam.Sebagian ada yang menjadi korban trafficking.
Dan kasus trafficking itu jauh tak
terbilang jumlahnya, tidak hanya di perburuhan BMI, tapi juga prostitusi, jual
beli anak untuk adopsi ilegal, nikah kontrak (prostitusi terselubung), hingga
perdagangan organ tubuh.
Yang kemudian kami sepakati dan harus kita pegang bersama adalah niat
dalam kita menuliskannya. Bukan untuk kepentingan individu sang penulis yang
terbatas pada honor, tersohornya nama, yang kemudian tidak menyentuh sama
sekali kehidupan sumber ide kita, tetapi bagaimana tulisan itu menggerakkan
para pembaca untuk memiliki kepedulian, cara pandang, sikap, dan aksi yang
secara langsung maupun tidak langsung memberikan manfaat positif kepada sumber
ide kita.
dalam kita menuliskannya. Bukan untuk kepentingan individu sang penulis yang
terbatas pada honor, tersohornya nama, yang kemudian tidak menyentuh sama
sekali kehidupan sumber ide kita, tetapi bagaimana tulisan itu menggerakkan
para pembaca untuk memiliki kepedulian, cara pandang, sikap, dan aksi yang
secara langsung maupun tidak langsung memberikan manfaat positif kepada sumber
ide kita.
Seperti Laskar Pelangi yang memberikan dampak luar biasa pada Belitung
Timur dan gerakan pendidikan di Indonesia. Seperti karya-karya Habiburrahman dan
Ahmad Fuadi yang menggerakkan kecintaan kepada pendidikan di pesantren. Dan
masih banyak lagi karya-karya yang tidak sekedar memuaskan pembacanya saja,
tetapi mampu menggerakkan aksi pembaca mewujudkan benih-benih perubahan.
Timur dan gerakan pendidikan di Indonesia. Seperti karya-karya Habiburrahman dan
Ahmad Fuadi yang menggerakkan kecintaan kepada pendidikan di pesantren. Dan
masih banyak lagi karya-karya yang tidak sekedar memuaskan pembacanya saja,
tetapi mampu menggerakkan aksi pembaca mewujudkan benih-benih perubahan.
Begitu juga berbicara tentang kopi dan tradisi ngopi hingga
cangkruk-cangkruk warung kopi sampai seni cethe, juga sumber ide yang mengalir
dan bakal lama untuk kering.
cangkruk-cangkruk warung kopi sampai seni cethe, juga sumber ide yang mengalir
dan bakal lama untuk kering.
Saking asiknya ngopi ketiga perempuan pagi ini, tak terasa obrolan yang
dimulai pukul 09.15 itu berarkhir hingga 12.30. Seperti komentar Ayu,
membincangkan literasi gak akan ada habisnya. Sama persis dengan komentar para
sahabat yang hadir di NGOPI LITERASI #1 Minggu (25/11/2017) lalu, kalau tidak
diberhentikan oleh perut yang keroncongan, obrolan yang semakin memanas, tidak
akan berhenti.
dimulai pukul 09.15 itu berarkhir hingga 12.30. Seperti komentar Ayu,
membincangkan literasi gak akan ada habisnya. Sama persis dengan komentar para
sahabat yang hadir di NGOPI LITERASI #1 Minggu (25/11/2017) lalu, kalau tidak
diberhentikan oleh perut yang keroncongan, obrolan yang semakin memanas, tidak
akan berhenti.
Yah begitulah rasan-rasan kami tentang karya-karya kami para perempuan.
Bagi yang berminat, silakan bergabung di PEREMPUAN NGOPI #2 yang rencananyakan
akan dilaksanakan di akhir bulan Desember ini. Tunggu kabar Pena Ananda ya…
Bagi yang berminat, silakan bergabung di PEREMPUAN NGOPI #2 yang rencananyakan
akan dilaksanakan di akhir bulan Desember ini. Tunggu kabar Pena Ananda ya…
Salam hangat dan salam literasi…
Minggu, 3 Desember 2017
20:20 waktu Bangoan

