Judul ini sebenarnya sih biasa saja. Karena tak ada peristiwa yang sama benar-benar bakal sama. Tak ada pengulangan peristiwa yang copy paste. Tapi tentu “beda” itu hanya sebuah kesimpulan saja yang harus ditunjukkan, lantaran kesimpulan pun bisa hanya subyektivitas semata.
Dari awal sudah sangat berbeda…
![]() |
| Seluruh pedukung FBM II. |
Kekuatan terbesar di FBM I sangat bertumpu pada Jurnalis Warga, meskipun hanya dijalankan oleh seorang Siwi Sang dan saya, berhasil menggerakkan kesadaran komunal dan ambil peran serta keberbagian yang cukup luar biasa. Saat itu, komunitas Alumni SMA angkatan ’81 menjadi donatur terbesar. Donatur tidak hanya sekedar mentransfer sejumlah rupiah, tapi juga menyempatkan berdiskusi dengan Pena Ananda untuk mengetahui sebanyak mungkin gagasan dan aksi Festival Bonorowo Menulis. Beberapa gagasan donatur bakan kami akomodir, meskipun belum sesempurna yang mereka harapkan.
Di FBM II, lebih banyak basis visual ketimbang jurnalis warga. Sehingga publikasi lebih kuat melalui media sosial IG dibanding dengan media yang digunakan di FBM I seperti blog, portal media mainstream, youtube, facebook, dan twitter. Pena Ananda belum memiliki akun IG saat FBM I. Dan di FBM II, komunal-komunal jauh lebih banyak dan menjadi ciri terkuat dalam wujud gerakan kerelawanan. Jelas sekali, hingga jumlah relawan di FBM II mencapai lebih dari 2 kali lipat dari FBM I.
Donatur FBM II pun jauh lebih merata secara personal, dengan capaian donasi yang nyaris tak jauh beda dengan FBM I. Kali ini donasi yang terkumpul sebesar Rp. 30.950.000,- dengan penambahan yang cukup signifikan dari yang saya laporkan di acara pembukaan FBM II, yaitu kisaran Rp.17.000.000,-
Secara substansial, TIK menjadi bagian yang terintegrasi dalam setiap konten FBM II ini. Bukan hanya menguatkan pemanfatan medsos untuk publikasi dan media lomba, tetapi juga dalam konten tema talkshow dan workshop. Ini sejalan dengan tema Hari Literasi Sedunia yang dicanangkan Unesco, LITERASI DIGITAL.
![]() |
| Potret kegiatan FBM II selama tanggal 6-8 Oktober 2017 di Lapangan Desa Bangoan, Kedungwaru, Tulungagung. |
Secara kuantitas kegiatan, ada yang bertambah da ada yang berkurang dari FBM I. Kegiatan Lomba, jelas banyak berkurang baik dari segi jumlah maupun pemerataan kategori, mengingat peserta wajib menggunakan media digital dan internet. Kategori SD hanya diberlakukan untuk menulis blog, dan itu pun harus melalui akun official sekolah atau akun pembina. Jika di FBM I ada lomba penulisan berbahasa Jawa, kali ini tidak. Pengurangan jumlah lomba tentu dengan sejumlah alasan yang tidak mungkin dibabar semua ke publik kecuali alasan keterbatasan sumber dana untuk apresiasi baik kepada juri maupun pemenang.
Di kegiatan workshop ada pembahan kelas, yang rencananya bertambah 14 pada realisasinya bertambah 10 kelas. Jika di FBM I ada 15 kelas, FBM II sekitar 25 kelas workshop. Namun secara kuantitas peserta kelas, masih tidak jauh beda dengan FBM I. Dan yang patut diketahui publik adalah realitas bahwa pesertanya dominan dari sekolah swasta dan luar kota. Kembali FBM belum berhasil untuk mengajak serta siswa-siswa yang jumlahnya ribuan di Kabupaten Tulungagung sendiri, sementara sekitar 150 lebih surat telah dilayangkan ke lebih dari 150 sekolah mulai dari tingkat SD sampai SMA dan sederajat.
Ini masih potret awal dari FBM II, pengantar dari review dan evaluasi yang akan kami tuliskan secara bertahap ditengah-tengah kesibukan dan agenda Bangoan Kampung Literasi dan Pena Ananda Club di bulan-bulan terakhir 2017 ini. Secara pribadi, catatan saya nanti akan berlompatan sesuai dengan data yang lebih dahulu saya terima dan bisa olah.
Salam literasi….

