Ini tentang anak-anak. Ya… tentang anak-anak, entah anak-anak kita, anak-anak orang yang kita kasihi, anak-anak orang yang terdekat dengan kita, atau anak-anak teman anak-anak kita, bahkan anak-anak yang kelak saat remaja dan dewasa mungkin akan menjadi teman dan orang-orang terdekat anak-anak kita. Mereka yang masih sedikit bisa mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran dan hati. Mereka yang masih perlu bimbingan untuk memasuki belantara masa yang tak selamanya ramah pada kehidupan.
Kegelisahan membuat kita berpikir, menemukan korelasi dan solusi. Maka gelisahlah tentang keluarga, generasi, negara, dan hidupmu. ~ 6/4/2017; 13:07 ~
Banyak pesan memiliki pesan dan energi kuat karena terlahir dari “kegelisahan”. ~ 6/4/2017; 13:34 ~
Suatu saat saya mengikuti workshop Internet Baik di Banyuwangi. Dan saya dibuat terpana dengan cerita nara sumber lembaga pendamping orangtua dan anak tentang kasus-kasus perilaku anak-anak yang mencemaskan dan mengarah pada kenakalan dan kejahatan, bahkan di usia yang sangat dini. Beliau menemukan faktor yang memberikan pengaruh besar pada perilaku mereka adalah media digital.
![]() |
| Saat saya mengikuti Workshop Internet Baik di Banyuwangi, Selasa (1/11/2016). Kegelisahan suatu saat dengan generasi digital dan perilakunya. (Foto: Siwi Sang) |
Suatu saat seorang teman pendamping menceritakan seorang anak dengan ekspresi senang menunjukkan gambar manusia tanpa busana di sebuah buku mengenal anatomi tubuh manusia. Kata sang pendamping, anak itu sampai hafal halaman yang memuat gambar itu. Karena belum pernah didampingi saat pertama kali membuka buku itu, dia tidak mendapatkan pengetahuan yang benar tentang anatomi kecuali sebuah gambar yang sensasional.
Suatu saat saya bersama kawan-kawan pegiat dolan ke suatu daerah di Tulungagung dan seorang pegiat menceritakan kalau anak yang ditemuinya melakukan gerakan permainan dengan temannya layaknya orang bersenggama. Pegiat yang masih lajang ini tak mampu bahkan tak mampu menceritakan pada kami (saya dan kawan-kawan).
Suatu saat yang lain, seorang kawan menceritakan kekhawtirannya kalau anak-anak dampingannya sudah mulai suka sama suka. Yang paling dia khawatirkan adalah seperti yang dia ungkapkan ke saya, kalau anak-anak sekarang pacaran, apalagi orientasinya kalau tidak sex dalam arti hubungan badan. Dan usia hubungan itu pun hanya sesaat. Bahkan dia pernah menemukan foto-foto seorang gadis yang disukai salah satu anak dalam kondisi tak berbusana.
Dan masih banyak “suatu saat” lagi yang membuat saya gelisah sekali dan ingin membagi kegelisahan ini agar sama-sama kita temukan solusi meski belum tentu solusi yang terbaik. Haruskah “suatu saat” ini muncul ke permukaan dalam wujud kasus dan data yang dikeluarkan para pendamping anak, rumah sakit, kepolisian, dan seterusnya, agar kita tersadar dan tergerak melakukan langkah pencegahan yang mulai terlambat? Orang bilang, haruskah sampai jatuh korban agar ada tindakan nyata untuk pencegahan dan perlindungan?
Yang pasti, pertama, kita tak dapat menganggap remeh kemajuan media digital ini. Maka mendorong semua pihak untuk bersama mewujudkan masyarakat melek media, informasi, dan dunia digital menjadi prioritas. Kedua, pembangunan sektor apapun harus mempertimbangkan aspek dunia digital yang akan mempercepat beragam dampak (positif maupun negatif), karena mayoritas wilayah tidak tersterilkan dari sentuhan media digital.
Apakah Anda segelisah saya? Atau biasa-biasa saja. Gelisah tak harus paranoid. Tapi “suatu saat” ini berhasil menggelisahkanku.
Sugeng ngunjuk kopi… Akan saya sambung di ngopi berikutnya.
Salam literasi…
