Rasan-Rasan Seni dan Sastra

Jika ibarat sebuah pernikahan, usia 1 tahun adalah masa yang masih panas-panasnya, semangat menggebu, saling belajar satu sama lain, menjadikan kelebihan sebagai kekuatan bersama, dan kekurangan untuk diubah menjadi kelebihan. Dalam sejarah kehidupan manusia, usia 1 tahun menjadi saat dimana mulai menjajal kekuatan tumpu yang memungkinkan ia kelak mampu melesat jauh dengan melangkah, berjalan, berlari, hingga membuat lompatan-lompatan yang luar biasa.

Begitulah usia FKST, Forum Komunikasi Seni Tulungagung, yang digagas dan digerakkan para anak muda pelaku dan pegiat seni dari beragam latar belakang, tidak hanya mereka yang secara khusus menekuni jalur pendidikan seni, namun juga ada yang berlatar pendidikan diluar seni. Keragaman ini justru menunjukkan bahwa kehidupan dan seni adalah satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan oleh atas nama apapun.

Bahkan ketika topik “Seni dan Sastra” diusung dalam diskusi yang diberi branding “rasan-rasan”, sebuah istilah Bahasa Jawa yang artinya ngegosip, terbilang hanya beberapa kawan saja yang didapuk menerjuni area sastra ini. Padahal saya sendiri tidak secara khusus menekuni keilmuan sastra, seperti halnya saya tak menekuni dunia tarik suara meski saya suka berdendang.

Hingga dalam rasan-rasan ini, ide-gagasan, pendapat, sanggahan, pada akhirnya bukan bermuara pada menentukan mana yang paling benar, bagaimana kesepatan yang dapat kita rumuskan bersama. Apakah kemudian kami merumuskannya dengan baku? Tampaknya tidak juga. Setidaknya “jalan tengah” yang beberapa kali dimunculkan dapat disepakati sebagai sebuah kesepakatan. Suatu proses rasan-rasan yang memunculkan seni berkesepakatan, ketika masing-masing mendengar dan mencermati secara jernih pendapat lainnya, meredam (jika tak mampu membunuh) keegoannya. Sangat manis dan indah sekali, meski mungkin jika diintip dari bilik kajian akademis kritik, bisa saja kesepakatan itu dikategorikan sebagai upaya pengaburan bahkan pembodohan. Hehehe

Rasan-rasan #2 yang dihajatkan FKST bertepatan dengan ultahnya, Sabtu (11/2), bagi yang hadir malam itu menjadi tumpuan harapan ajang silaturrahim, berbagi wacana, informasi, semanat, yang tidak berhenti di dunia ide, tapi juga aksi bersama. FKST sendiri sudah bertekad menjadikan “Rasan-Rasan” ini sebagai agenda 2 bulanan. Dan harapan lebih lanjutnya, ruang-ruang berkesenian terbuka lebar bagi setiap pegiat bekesenian tanpa tebang pilih. Apakah ini pada akhirnya akan memerlukan perjuangan yang panjang untuk mewujudkannya? Kita nikmati saja prosesnya…

HAPPY MILAD FKST…
Semoga mejadi forum/wadah yang sangat dinamis dan menggerakkan bagi kehidupan berkesenian di Tulungagung.

Salam literasi…
Salam budaya….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *