Bertemu 158 Siswa SMP Trenggalek Dalam Kompetisi Sastra

Selasa, 12/4, kemarin, saya berkesempatan menjadi salah satu juri dalam Lomba Cipta Cerpen FLSSN 2016 Tingkat SMP di Kabupaten Trenggalek, bersama dengan Tosa Poetra dan Siwi Sang. Ini adalah kali kedua saya menjadi juri Lomba Cipta Cerpen FLSSN 2016 Tingkat SMP, setelah hari Sabtu (2/4) lalu di Kabupaten Tulungagung, yang penyelenggaraannya di SMP Negeri 3 Tulungagung. Waktu itu bersama dengan 2 juri lainnya, Setio Hadi dan Oyon.
Saat penulis usai melakukan penjurian dan wawancara kepada Ketua MGMP Bahasa Indonesia SMP Kabupaten Trenggalek, Sukardi, tentang penyelenggaraan FLSSN 2016 bidang sastra tingkat SMP di Kabupaten Trenggalek, Selasa (12/4). (Foto: Siwi Sang)
Kami berdua, saya dan Siwi Sang, sampai di Trenggalek sekitar setengah tujuh lebih. Tosa Poetra sudah menunggu kami di pertigaan Jarakan, dan kami bertiga langsung menuju SMP Negeri 1 Trenggalek tempat dilaksanakannya kompetisi sastra Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLSSN) 2016 tingkat SMP se-Kabupaten Trenggalek, yang diselenggarakan oleh MGMP Bahasa Indonesia SMP Kabupaten Trenggalek.
Setelah menikmati nasi pecel di kedai belakang masjid sekolah, kami bertemu dengan kawan-kawan juri lainnya. Sesuai dengan juklak FLSSN, juri-juri diambil dari praktisi sastra untuk menjaga independensi dalam penilaian. Penetapan juri independen ini, menurut pak Sukardi, Ketua MGMP Bahasa Indonesia SMP Kabupaten Trenggalek, sudah berlangsung selama 2 tahun ini. Independensi ini berdampak positif, yaitu kepercayaan peserta dan sekolah meningkat terhadap obyektivitas.
Saya, Tosa Poetra, dan Siwi Sang ditetapkan sebagai juri Lomba Cipta Cerpen. Setelah membaca juknis, kami bertiga sempat berembug, bahkan bersama panitia, terkait teknis penilaian. Selain karena aspek penilaian disusun rinci, dengan komposisi masing-masing aspek yang berbeda, dan jumlah peserta hampir 50 anak, perlu adanya kesepakatan teknis. Dengan demikian juri akan fokus pada penimbangan materi lomba, sementara perhitungan nilai dilakukan oleh panitia secara terkomputerisasi.
Meskipun menurut pak Sukardi persiapan relatif singkat, hanya 2 minggu, saya melihat semua tertata. Juri mengetahui rambu-rambu penilaian dan menyusun strategi penilaian berdasarkan juklak yang disusun MGMP (mengacu juklak nasional). Personal panitia, yaitu guru-guru Bahasa Indonesia yang tergabung dalam MGMP Bahasa Indonesia terjun langsung dalam kegiatan teknis adminsitratif, seperti menyiapkan lembar penjurian, dan membantu input nilai yang sudah ditetapkan juri ke format excel.

Seluruh peserta memasuki masing-masing ruang lomba tepat pukul 9. Lomba Cipta Cerpen diselenggarakan di R. Corner, yang sekaligus menjadi posko panitia. Secara pasti, akhirnya kami tahu total peserta Lomba Cipta Cerpen yang naskahnya akan kami nilai, yaitu 48 siswa. Setiap sekolah bisa mengirim lebih dari 1 peserta. Lomba dimulai tepat pukul 09.20 setelah panitia menyampaikan tata aturan lomba dan kit lomba berisi sebendel kertas untuk menulis naskah bercover. Dengan waktu 120 menit, peserta berkesempatan menuliskan cerita pendek yang memuat penguatan karakter bangsa dengan subtema kearifan lokal.
Panitia menjelaskan tata aturan Lomba Cipta Cerpen FLSSN 2016 kepada 48 siswa, peserta. (Foto: Zakyzahra Tuga)
Salah seorang peserta sedang mengisi halaman judul yang terdiri dari “judul cerita, nama, jenis kelamin, tempat tanggal lahir, kelas, sekolah”. (Foto: Zakyzahra Tuga)
Suasana R.Corner, tempat dilangsungkannnya Lomba Cipta Cerpen FLSSN 2016 tingkat SMP Kabupaten Trenggalek. (Foto: Siwi Sang)

Pemanasan. (Foto: Siwi Sang)
Hening. Penulisan naskah telah dimulai. (Foto: Zakyzahra tuga)
Hal yang cukup menarik perhatian saya adalah seluruh peserta wajib menandatangani bahwa naskah yang mereka tulis “merupakan karya sendiri, bukan karya terjemahan, jiplakan, saduran dari orang lain“. Tentu saja saya berharap, anak-anak cukup memahami konsekuensi dari surat pernyataan ini. Terlebih saya sangat berharap pembimbing menguatkan semangat berkarya dengan menjaga orisinalitas karya.
Penilaian kami mulai sekitar pukul 12.00. Perlu waktu sekitar 4 jam untuk memberi nilai pada 48 naskah, 5-6 halaman, untuk menetapkan rangking 1-5. Setelah kami serahkan seluruh dokumen penilaian, dan kami tandatangani berita acaranya, menjadi wewenang panitia untuk mengumumkan para pemenang Lomba Cipta Cerpen FLSSN 2016 Tingkat SMP Kabupaten Trenggalek.

Saya sempat berbincang dengan pak Sukardi, kelancaran penyelenggaraan FLSSN ini tak lepas dari koordinasi dan sinergi. Di masa persiapan, selepan penyerahan mandat dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Trenggalek ke MGMP sebagai penyelenggara kompetisi FLSSN masing-masing bidang, MGMP langsung melakukan konsolidasi dan perencanaan teknis. MGMP Bahasa Indonesia juga mengadakan koordinasi dengan MKKS SMP Swasta se Kabupaten Trenggalek untuk menyosialisasikan dan menjaring peserta.
Hingga dicapai peserta tahun ini jauh lebih banyak ketimbang tahun 2015 lalu. Peserta Lomba Cipta Cerpen mencapai 48 anak, Cipta Puisi 51 peserta, dan Baca Puisi 59 anak. Pembiayaanpun dapat dipenuhi dari pedaftaran peserta dan mitra sponsor, yaitu 2 penerbit dan 1 lembaga bimbingan belajar. Sukardi berharap, peserta dari Trenggalek menjuarai di tingkat Nasional.
[***]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *