Orang Hebat Itu Adalah ……

Siapa yang tak hanyut ketika menerima puja puji? Jujur saja, pasti semua orang menyukainya, menginginkannya, bahkan mereka yang mengajak kita untuk tawadhu’ (rendah hati), pasti juga demikian, sekecil apapun. Jika dia lelaki, setidaknya dia ingin mendengarkannya dari orangtuanya, istrinya, saudaranya, anak-anaknya, ataupun sejawatnya. Kalaupun perempuan, dia ingin mendengarnya dari orangtuanya, suaminya, saudaranya, anak-anaknya, pun teman-teman dekatnya. Kesanggupan untuk jujur mengakui hal inilah yang membuat kita bisa mengeratkan rem pengendali, lalu bertanya, “Apakah benar saya sehebat yang mereka katakan?”
(Foto nyulik dari ketemulagi.com ^_^ )

Pujian itu, dalam porsinya, juga harus diakui sebagai energi positif yang mendorong seseorang untuk mempertahankannya atau bahkan menjadi lebih baik dari sebelumnya. Karena pujian, dalam porsinya, juga berupa energi positif. Menebar energi positif akan menuai energi positif juga. Sebaliknya, respon buruk, bahkan kritikan yang dimaksudkan agar seseorang memperbaiki dirinya, bisa jadi justru menjerumuskannya ke titik paling rendah.

Seringkali sang pengritik menempatkan diri sebagai sosok yang paling benar, pandangannya benar, kritikannya tepat. Sehingga ketika yang dikritik merespon negatif, masih juga dia menyalahkannya, menilainya tidak obyektif, tidak tegar. Secara tak disadari sang penritik pada titik kehilangan daya empatinya.
Mana yang sesungguhnya hebat diantara mereka? Dan mungkin saja mereka itu adalah kita 🙂
Bagi saya, kehebatan yang sejatinya adalah yang berani jujur. Bahkan ketika jujur bergantung pada energi alam, salah satunya adalah orang lain: saya ingin dibutuhkan sesuai dengan kapasitas saya, saya ingin dipuji dengan tulus meski saya tahu pujian yang berlebihan akan menggelincirkan saya. Kejujuran ini akan membantu seseorang untuk membuat takaran agar tidak lepas kendali.
Orang-orang yang lepas kendali adalah mereka yang akan menempuh jalan apa saja untuk mendapatkan pujian, meskipun itu melawan sunnatullah, melawan ketentuan alam. Dengan demikian saya menemukan kehebatan kedua, adalah ketika orang itu taat dan patuh pada ketentuan, utamanya ketentuan Sang Maha Pencipta. Kepatuhan dan ketaatan ini menunjukkan kemampuannya mengendalikan energi negatif yang dapat menular kemana dan kesiapa saja.
Beribadah saatnya beribadah.
Bekerja saatnya bekerja.
Beristirahat saatnya beristirahat.
Itu hanya sebagian kecil aturan yang menunjukkan bahwa selalu diperlukan keseimbangan antara hasrat memenuhi hak dan kerendahan hati untuk memenuhi kewajiban.
Karena kita ini sangat terbatas. Kita hanya mampu melihat orang lain dari sampulnya saja, lalu mengatakan dia hebat atau sebaliknya. Karena itulah, terkadang kita harus berhenti di satu titik untuk berbalik, lalu melihat kepada diri kita, apakah saya juga sudah hebat? Lalu ketika kita mendengar orang menyampaikan pujian kehebatan kepada diri kita, lanjutkan pertanyaan itu,”Apakah benar saya sehebat yang mereka katakan?” Karena bisa jadi hebat dimata orang lain belum tentu hebat dimana orang-orang yang dekat dengan kita, orang-orang yang kita cintai, hingga dari mulut mereka keluar kata,”Aku ingin seperti ayah, aku ingin seperti bunda”. Jika telah pernah kita mendengar itu dari anak-anak kita, sesungguhnya kita benar-benar hebat.
Salam sayang. 🙂

2 thoughts on “Orang Hebat Itu Adalah ……

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *