PIKNIK itu adalah ……

Seringkali kita mendengar dan membaca kata-kata “piknik” dijadikan lontaran olokan kepada orang-orang yang memiliki tegangan tinggi secara emosional, entah karena memang karakter demikian atau kondisional disebabkan karena hal-hal tertentu. Sekilas guyonan itu menunjukkan sikap perhatian dan upaya untuk mencairkan suasana. Sebagian orang bisa meresponnya sedemikian santai, dan pada sebagian yang lain justru bagai minyak yang menyulut kobaran dan membakar sekitarnya.
Menikmati keindahan Pantai Tanjung Tinggi, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pantai Laskar Pelangi, Belitung Timur. (Foto: Siwi Sang)

Karena antara pelontar dan penerima, satu sama lain saling tidak berusaha memahami kondisi lainnya. 🙂

Apakah memang benar piknik dapat dijadikan sebagai salah satu solusi untuk mengendurkan ketegangan individu yang berdampak pada ketegangan sosial? Apa benar piknik yang demikian dapat menjadi pemantik lahirnya solusi-solusi keren terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi? Apakah piknik satu-satunya pilihan dalam kondisi yang tidak mengenakkan?
Ah… ribet amat sih.
Piknik ya piknik.
Gak mau piknik ya sudah.
Pakai dibahas segala. 😀
Bersama dengan kedua putri bunda di Hutan Mangrove Cengkrong, yang berdekatang dengan Pantai Prigi, Trenggalek. (Foto: Ika Fitriana)
Tentu kita masih ingat penggunaan kata “autis” sebagai bahan olokan bagi mereka yang lepas fokus disaat dia harus fokus. Apa yang terjadi? Tanpa disadari kata-kata itu menggores luka yang amat dalam bagi penyandang autis. Itu karena sebagian besar kita tidak mengerti sama sekali alias zero pemahaman tentang autis.
Bersama dengan suami berforo di depan Candi Semar di Dieng.
Jangan-jangan hal serupa pun demikian. Kata-kata “piknik” adalah kegagapan kita tentang makna dan tujuan piknik itu sendiri. Lha… apakah ada yang disakiti? Bisa saja ada. Buktinya ada juga mereka yang merespon negatif terhadap guyonan ini, yang bahkan menjadi bahan guyonan baru… Ah… pengisi dunia memang ada aja yang kejam ya…. 😀
Kita intip Kamus Bsar Bahasa Indonesia aja ya, lalu kita buat persepsi kita masing-masing.
Piknik itu adalah bepergian ke suatu tempat di luar kota untuk bersenang-senang dengan membawa bekal makanan dan sebagaimnya. Istilah lainnya adalah “tamasya”. Disini tidak dijelaskan hubungan antara kegiatan piknik dan kesegaran atau kesehatan emosional. 😀
Sebenarnya, piknik itu bagian dari “rekreasi”. Kalau begitu apa itu “rekreasi”?
Rekreasi itu adalah penyegaran kembali badan dan pikiran, sesuatu yang menggembirakan hati dan menyegarkan, seperti hiburan dan piknik. Nah, kian jelas bukan? Rekreasi lah yang memberikan efek penyegaran emosional. Piknik hanya salah satu cara. Nyatanya, ada cara-cara lain untuk menyegarkan pikiran dan emosional kita tanpa piknik. 😀
Wah… kalau gitu pemilihan kata olokannya salah ya?
Bagaimana pun, kata olokan itu tetap penuh energi negatif, meski disampaikan dengan cara guyonan.
Saya dan suami termasuk orang yang gemar piknik, meski tidak ke luar kota. Menjelajah ke tempat-tempat unik, menarik, membangkitkan inspirasi, menggairahkan, menambah energi positif, tempat untuk belajar, itulah makna piknik bagi saya. Artinya, tidak harus galau melow dulu untuk berpiknik. Jika perlu inspirasi dan tidak didapatkan di ruang tempat saya berada, piknik lah pilihannya. Dengan demikian kami benar-benar bisa menikmati piknik kami. Jangan sampai badan ada di tempat piknik, tapi hati mengendap dalam neraka. Apa nikmatnya? Hehehe
Bukankah akan lebih menyenangkan kalau memulai langkah piknik dengan hati riang gembira? 
Jika sedang galau melow, jelas agama kita sudah menuntunnya: dengan shalat dan sabar… hehehe
Setelah pulih, rayakanlah dengan piknik, meskipun hanya di taman dekat rumah kita…. 😀
[***]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *