Pesta baca dan Kreasi Anak Pesisir Sine #1 – [4]
| Membaca sendiri atau bersama itu semuanya mengasyikkan. (Foto: Heri Azolla Sp.) |
Pesta Baca dan Kreasi ini tidak mewajibkan setiap anak-anak yang hadir harus sudah bisa membaca dan menulis. Ini bukan sekolah formal, dan bukan kursus keaksaraan. Tapi lebih pada pendekatan untuk mengenalkan dan menumbuhkan rasa cinta anak-anak terhadap buku dan kegiatan membaca. Jadi bukan suatu masalah besar, ketika lebih dari 50% anak-anak Sine yang hadir di pesta baca ini adalah anak-anak PAUD yang belum dapat membaca buku. Ada kakak-kakak pendamping yang siap mengantar adik-adik mengenali isi buku dengan membacakan lantang untuk mereka dalam kelompok-kelompok kecil, bahkan satu demi satu.
| Robin dikelilingi 5 anak tengan membacakan komik dari sebuah majalah. Anak-anak sangat nyaman dan asyik mendengarnya, dan sesekali diselingi tanya jawab yang hangat. (Foto: Heri Azolla Sp.) |
- Ajak mereka mendekat dan memilih satu buku yang ingin mereka baca. Biarkan mereka memilih, dan mungkin mendiskusikan terlebih dahulu antar mereka buku mana yang menarik. Daya tariknya adalah pada gambar, yang pertama pasti gambar di sampul buku.
- Buatlah duduk membentuk lingkaran kecil agar ucapan pendongeng dapat jelas terdengar, demikian juga ekspresinya dapat terlihat dengan baik.
- Bukalah lembar demi lebar halaman buku dengan baik untuk mengenalkan cara membuka buku dengan baik, ujung bawah tidak terlipat sebagaimana seringkali dijumpai.
- Bacalah dari sampul buku, dan berlanjut halaman demi halaman dengan tidak membuat loncatan halaman.
- Bacalah dengan ekspresi raut wajah dan permainan suara sesuai dengan cerita untuk menghidupkan suasana cerita.
- Sesekali buatlah jeda, berhenti sejenak, memberi kesempatan mereka untuk berinteraksi. Namun demikian, latihlah mereka untuk tidak memotong di tengah cerita, apalagi jika bercerita dalam kelompok. Anggaplah ini aturan yang dibangun bersama antara pendongeng dan anak-anak. Tapi berilah waktu bagi mereka, disela-sela cerita, untuk mengekspresikan dirinya, mungkin dengan bertanya, melanjutkan cerita sesuai versinya, menyangkal cerita, dan lain sebagainya. Sebagaimana catatan sebelumnya, semakin anak-anak sering mendengarkan, semakin lekat dalam ingatan, semakin aktif otak kanannya melakukan kerja imajinatif.