Membaca & Dibacakan, Sama Asyiknya [1]

Pesta baca dan Kreasi Anak Pesisir Sine #1 – [4]

“Bagaimana kak Fiqri dan kak Yoga dapat mendongeng seperti itu ya? Wah, tak ada lain hanya dengan cara membaca buku-buku cerita. Jika kalian masih ingin tahu banyak cerita, inilah saatnya untuk membaca.” Tapi, buku tidak hanya akan mengantar mereka mengenal banyak cerita dan dongeng, melainkan juga sebagai sumber ide untuk karya lainnya. Seperti yang dilakukan Alvio, dia menggambar halaman 39 dari buku “Nelson, Si Kecil yang Suka Baca”.

Buku dan majalah tergelar di tiga kelompok duduk, yaitu untuk kelompok membaca dan mendongeng, kelompok menggambar, dan kelompok hasta karya. Bersama kita akan mengintip kelompok membaca dan mendongeng.
Membaca sendiri atau bersama itu semuanya mengasyikkan. (Foto: Heri Azolla Sp.)

Pesta Baca dan Kreasi ini tidak mewajibkan setiap anak-anak yang hadir harus sudah bisa membaca dan menulis. Ini bukan sekolah formal, dan bukan kursus keaksaraan. Tapi lebih pada pendekatan untuk mengenalkan dan menumbuhkan rasa cinta anak-anak terhadap buku dan kegiatan membaca. Jadi bukan suatu masalah besar, ketika lebih dari 50% anak-anak Sine yang hadir di pesta baca ini adalah anak-anak PAUD yang belum dapat membaca buku. Ada kakak-kakak pendamping yang siap mengantar adik-adik mengenali isi buku dengan membacakan lantang untuk mereka dalam kelompok-kelompok kecil, bahkan satu demi satu.

Robin dikelilingi 5 anak tengan membacakan komik dari sebuah majalah. Anak-anak sangat nyaman dan asyik mendengarnya, dan sesekali diselingi tanya jawab yang hangat. (Foto: Heri Azolla Sp.)

Alfi Toyyibah, sang fotografer, ditengah-tengah perannya untuk mendokumentasikan setiap momentum di Pesta Baca dan Kreasi ini, dengan sigap mendekati seorang anak PAUD yang tengah membuka-buka buku melihat-lihat gambar di dalamya. Alfi langsung membacakan beberapa halaman untuknya. (Foto: Heri Azolla Sp.)
Tidak ada seorang anak pun yang takut mendekati buku hanya karena ia belum bisa membaca. Tidak ada perintah yang mengharuskan mereka menyentuh dan membuka buku. Yang ada hanya ajakan, “mari bersama kakak”. Apalagi setelah mendengar dongeng tentang seorang yang kaya tapi kurang pintar, dan dengan membaca buku seseorang bersemangat belajar hingga menjadi pintar, tentu keingintahuannya tersulut.
Bagaimana agar anak tertarik membaca bersama kita?
  1. Ajak mereka mendekat dan memilih satu buku yang ingin mereka baca. Biarkan mereka memilih, dan mungkin mendiskusikan terlebih dahulu antar mereka buku mana yang menarik. Daya tariknya adalah pada gambar, yang pertama pasti gambar di sampul buku.
  2. Buatlah duduk membentuk lingkaran kecil agar ucapan pendongeng dapat jelas terdengar, demikian juga ekspresinya dapat terlihat dengan baik.
  3. Bukalah lembar demi lebar halaman buku dengan baik untuk mengenalkan cara membuka buku dengan baik, ujung bawah tidak terlipat sebagaimana seringkali dijumpai.
  4. Bacalah dari sampul buku, dan berlanjut halaman demi halaman dengan tidak membuat loncatan halaman.
  5. Bacalah dengan ekspresi raut wajah dan permainan suara sesuai dengan cerita untuk menghidupkan suasana cerita.
  6. Sesekali buatlah jeda, berhenti sejenak, memberi kesempatan mereka untuk berinteraksi. Namun demikian, latihlah mereka untuk tidak memotong di tengah cerita, apalagi jika bercerita dalam kelompok. Anggaplah ini aturan yang dibangun bersama antara pendongeng dan anak-anak. Tapi berilah waktu bagi mereka, disela-sela cerita, untuk mengekspresikan dirinya, mungkin dengan bertanya, melanjutkan cerita sesuai versinya, menyangkal cerita, dan lain sebagainya. Sebagaimana catatan sebelumnya, semakin anak-anak sering mendengarkan, semakin lekat dalam ingatan, semakin aktif otak kanannya melakukan kerja imajinatif.
Demikian juga bagi the reader, manfaatnya pun tak kalah besar, sebagaimana dalam tulisan selanjutnya.
[bersambung]
Salam literasi…
#CatatanEduwisata07
#CangkrukBaca03
#PenaAnandaClub
#Bangoan, Selasa, 26/1/2016; 15:20

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *