Pesta Baca dan Kreasi Anak Pesisir Sine #1 – [2]
Masih ada yang menilai bahwa tradisi lisan menjadi salah satu tantangan untuk menumbuhsuburkan tradisi baca dan menulis. Ketika waktu sudah menggeser keberadaannya, hingga kebiasaan mendongeng semakin jarang dinikmati anak-anak kita, ternyata tak serta-merta menyuburkan dua tradisi yang diharapkan dapat menjadi bagian pembangun peradaban Nusantara. Penggantinya tak lain adalah tradisi tonton yang disambut dengan tradisi yang ditanamkan oleh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Anak-anak saat ini kalau nggak pegang gadget merasa asing layaknya kaum purba. Jadilah alat modern ini sebagai teman setia kemana pun berada.
Dalam pandangan saya, tradisi mendongeng masih sangat kita butuhkan. Pada kondisi tertentu, dimana sulit mendapatkan bacaan karena alasan apapun, mendongeng menjadi satu pendekatan yang jauh lebih baik daripada menonton TV maupun memainkan gadget. Inilah sebuah realita. Di masa sekarang, bukan berarti di wilayah yang susah akses bacaan berarti juga terisolasi dari dunia informmasi dan komunikasi. TV dan gadget bisa jadi lebih familiar dan dekat dibanding dengan buku, majalah, dan koran.
Pengalaman mendengar dongeng sebelum tidur, atau saat duduk melingkar di serambi rumah bersama keluarga, atau ketika malam purnama sambil duduk beramai-ramai beralas tikar di pekarangan rumah, sudah tak lagi menjadi cerita anak-anak sekarang. Dongeng menjadi sesuatu yang sedemikian asing. Padahal, mendongeng memberikan beberapa manfaat, baik kepada pendongeng maupun mereka yang didongengi.
Bagi anak-anak, mendengarkan dongeng terlebih “membacakan dongeng” memberi manfaat:
- Melatih untuk memperpanjang durasi konsentrasi atau rentang perhatian (attention span) yang menjadi modal penting bagi mereka dalam proses belajar dan pembelajaran. Meskipun pendekatan pada masa kanak-kanak untuk belajar adalah dengan bermain, tentu tak selamanya anak-anak menggunakan cara demikian dalam belajar. Cara-cara hangat dan menyenangkan dalam belajar tidak lagi dengan pendekatan bermain, seiring dengan perkembangan usianya. Attention span sangat diperlukan ketika sedang berada di ruang kelas, membaca buku, berdiskusi, dan seluruh kegiatan belajar dan pembelajaran.
- Merangsang berkembangnya daya imajinasi. Otak kanan yang dilatih sehingga berkembang dengan baik akan sangat membantu kreativitas mereka. Tidak ada satu pekerjaanpun yang lepas dari peran serta otak kanan. Tak ada satu ilmu pun yang tidak membutuhkan kreativitas, termasuk ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian juga, menjalani sebuah profesi, juga diperlukan “kreativitas yang tepat”. Jadi mencerabut kesempatan anak untuk mengembangkan otak kanan, mengembangkan kreativitasnya, berarti menutup satu pintu kesuksesan mereka di masa depan. Karena itulah, kreativitas dapat dimiliki oleh semua anak, karena setiap anak berhak menerima rangsangan untuk pengembangan otak kanannya, dunia imajinya, sebagai modal berkembangnya kreativitas diri.
- Merangsang anak-anak untuk membangun impian dan cita-citanya dan menguatkan passionnya. Keterbatasan anak-anak untuk menentukan impian dan cita-citanya, bukan hanya karena mereka tak mendapatkan pengetahuan tentang profesi-profesi (secara formal) yang dapat menjadi pilihan hidupnya, kelak. Profesi-profesi itu dapat dikenalkan melalui dongeng baik secara eksplisit (menyebutkan jenis suatu profesi) atau implisit (mendiskripsikan peran, tugas, dan teknik mengerjakannya).
- Ketika imaji sudah mendorong seorang anak melatih kreativitasnya, bahkan dari sebuah dongeng, anak-anak dapat membuat karya-karya, apapun jenis karya itu. Dari dongeng menjadi gambar, lukisan, bait puisi, nada lagu, tulisan cerita-cerita lainnya, karya tiga dimensi, ataupun mendongengkan kembali, dan lain sebagainya.
- Terlebih jika saat mendongeng itu, sang pendongeng menyampaikannya dengan membaca sebuah buku dongeng. Membacakan dongeng. Anak-anak akan mengenal buku, mendekatnya, mencintainya, meyakini bahwa buku memberikan banyak kisah menarik baginya. Bahkan ini menjadi satu rangsangan dan alasan, mengapa anak-anak menjadi sedemikian mencintai bahkan kecanduan dengan membaca buku, membaca cerita, sebuah jenis kecanduan yang sangat menarik dan tidak berbahaya, selama bahan bacaan yang dikonsumsi itu sehat dan aman bagi perkembangan jiwa dan mentalnya.
- Anak-anak mengenali sesuatu yang tidak dapat disaksikannya, seperti perasaan seseorang, sifat, kepribadian, karakter, mental. Mereka dapat mempelajarinya dari para tokoh dalam dongeng dan kemudian ditirunya. Karena itu, penting diperhatikan untuk menyampaikan dongeng-dongeng yang membangun kepribadian dan karakter anak.
Bagaimana dengan para pendongengnya? Para reader yang besar kemungkinan dari para orangtua, guru, bahkan teman sebaya? Akankah mereka juga menerima manfaat dalam kegiatan mendongeng maupun “membacakan dongeng”?
[bersambung]
Salam literasi…
#CatatanEduwisata05
#CangkrukBaca03
#PenaAnandaClub
#Bangoan, Selasa, 26/1/2016; 08.40