Tidak ada yang kebetulan. Demikian juga pertemuan dengan para pemuda yang bergiat di pengembangan wisata daerah Pantai Sine bermula dari kegiatan Festival Bonorowo Menulis 2015, Oktober tahun 2015 lalu. Diantara para relawan itu, ada Yoga Setyawan Rarasto yang kemudian intens berdiskusi dengan saya tentang daerah wisata Sine, yang kemudian membuka ruang perkenalan dengan Alfi Toyyibah. Dari keduanyalah semua perjalanan literasi di Sine berawal.
| Kelompok menggambar di Pest Baca dan Kreasi Anak Pesisir Sine, Minggu, 24/1/2016, memulai menggelorakan semangat membaca dan berkreasi. (Foto: Heri Azolla Sp.) |
Setelah pertemuan dengan pak Modin pada hari Jum’at, 15/1/2016, dan menyepakati hari ini, Minggu, 24/1/2016 diselenggarakan Pesta Baca dan Kreasi Anak Pesisir Sine, sekitar 20 relawan lintas komunitas bahu-membahu mendampingi adik-adik usia PAUD sampai SD kelas V untuk cinta buku, cinta baca, dan berkreasi dari buku dan membaca.
| Rombongan lebih dari 50 anak, dipandu kawan-kawan relawan, berjalan dari kediaman pak Modin Kalibatur menuju Hutan Cemara, Pantai Sine, untuk mengikuti pesta baca dan kreasi. (Foto: Heri Azolla Sp.) |
Sekitar jam setengah 7, anak-anak sudah mulai berkumpul di rumah pak Modin. Ada sekitar 60 anak. Dipandu bu Ririn Wulandari dan Pak Rahmat (dari TBM Salto), Yoga Setyawan Rarasto, Pak Fiqri, bu Anik, mereka menuju Hutan cemara, yang berjarak sekitar 300 meter. Sebagian besar berjalan kaki, selian ada 5 anak yang naik sepeda dan 2 anak naik sampan melintasi Song Bajul. Anak-anak ini kemudian berkumpul melingkar diantara rerimbunan pohon cemara. Bu Ririn memandu anak-anak untuk mencairkan suasana, menciptakan suasana hangat dan akrab, meruntuhkan benteng pembatas antara kami dan anak-anak. Dimulai dari menyanyikan lagu-lagu improvisasi dari lagu yang sering dinyanyikan anak-anak.
| Di sini senang di sana senang di mana-mana hatiku senang (2x). Di sini baca di sana baca di mana-mana aku membaca (2x). Lalalalalalala (4x). (Foto: Heri Azolla Sp.) |
Tidak ada seremonial dengan serangkaian sambutan yang menjenuhkan. Ini pesta. Pesta buku, pesta baca, pesta kreasi, milik anak-anak. Tujuan utamanya adalah mendekatkan anak-anak dengan buku, membuat mereka mencintainya, dan mencintai membaca. Buku bukan hanya jendela dunia, tapi juga cermin diri, samudera ilmu, teman bagi sesiapa untuk belajar sepanjang hayat.
Jadi unsur BUKU dan BACA menjadi teman-teman dalam setiap kegiatan-kegiatan kecil pagi ini, mulai dari menyanyi, mendongeng, membaca, dan berkarya.
Kita masih sangat miskin karya-karya untuk anak yang mengenaldekatkan buku dan membaca. Anak-anak lebih mengenal lagu orang dewasa ketimbang lagu anak-anak. Mereka bahkan belum pernah mendengar lagu Nenek Moyangku Seorang Pelaut, meski mereka hidup di tepi laut.
Nenek moyangku seorang pelaut
Gemar mengarung luas samudera
Menerang ombak tiada takut
Menempuh badai sudah biasa
Angin bertiup layar terkembang
Ombak berdebur di tepi pantai
Pemuda brani bangkit sekarang
Ke laut kita beramai-ramai.
Dari sesi awal ini, semakin jelas, kita membutuhkan lagu-lagu anak yang sesuai dengan usia dan dunianya, yaitu dunia bermain dan belajar; sesuai dengan sifat dan karakternya, yaitu solidaritas, rasa ingin tahu yang tinggi, dan berani mencoba; sesuai dengan kebutuhannya yakni membangun karakter, kepribadian, dan menumbuhkan passion untuk bekal masa depan mereka. Apalagi kalau lagu-lagu itu membawa pesan yang dekat dengan kehidupan mereka sehari-hari. Tentu akan makin meningkatkan kecintaan mereka dan sikap menghargai terhadap kehidupannya.
Sesaat setelah bu Ririn mengenalkan sekilas para relawan, para kakak-kakak, yang akan berpesta dengan mereka, berarti anak-anak dan para pendamping telah siap memasuki sesi selanjutnya….
Salam literasi….
#CatatanEduwisata04
#CangkrukBaca03
#PenaAnandaClub
#Bangoan, Senin, 25/1/2016; 15:07