Usai Festival Bonorowo Menulis 2015 awal bulan Oktober lalu, saya masih sangat intens berembug tentang gerakan dengan relawan-relawan FBM. Karena kesibukan masing-masing, sampai saat ini tinggal beberapa relawan saja yang masih terus bergelut dengan pengembangan budaya literasi di tengah kesibukan mereka. Ya memang… ujian dalam gerakan literasi ini memang sangat berat. Bidang yang tak bisa menghadirkan jutaan dalam sebulan, hingga tak pernah menjadi tujuan selain sebuah cita-cita yang nyaris absurd.
Salah seorang relawan pernah bercerita tentang cita-citanya. Saya tuliskan disini, selain menjadi prasasti juga pengingat baginya, bahwa masih ada sesi perjalanan yang harus dituntaskan meski sebenarnya tak akan berhenti apalagi tuntas. Lantaran perintah iqra’ akan terus wajib dijalankan sampai kehidupan ini berakhir.
 |
| PENA ANANDA CLUB bersama dengan para relawan literasi Bonorowo dan guru PAUD/TK Beji Lestari, usai Cangkruk Baca dan Kreasi bersama dengan nanda PAUD dan pelajar SMK Putra Wilis, Minggu (10/01) di Dusun Beji, Geger, Sendang, Tulungagung. (Foto: Siwi Sang) |
Aku sedang mengajak anak-anak muda, minimal di lingkunganku untuk melakukan sesuatu, minimal mengaktifkan TBM (Taman Bacaan Masyarakat). Aku juga mulai mengajak mahasiswa dan guru muda yang mau menggerakkan kegiatan semacam ini ke pelosok-pelosok Tulungagung. Tidak perlu sering, insidental saja. Ya, mumpung masih muda. Dan memang sudah kurencanakan selama 1-2 tahun ini adalah waktuku mengabdi penuh.
Pemuda yang saya kenal belum lama, menjelang
FBM 2015 dan kemudian menjadi relawan FBM 2015 ini cukup konsisten dengan ungkapannya. Dia pun berhasil merangkul kerabat muda di dusunnya dan kemudian merealisasikan sebuah titik literasi yang kemudian diberi nama TBM Kalituri. Kalituri, sebuah dusun yang berada di pinggiran Kali Ngorowo yang cukup marketable untuk pengembangan wisata.
Akhir pekan Minggu pertama Januari, bersama dengan relawan lainnya berkumpul sekedar melepas rindu sambil membincangkan romantika hidup anak muda yang cukup menarik. Mendadak ingin jalan menerabas tepian Tulungagung yang dipenuhi sajian eksotis. Singkat cerita, Desa Geger akan menjadi tujuan wisata sederhana kami berempat, Minggu, 10/01/2016. Perbincangan menjadi sedikit serius ketika saya usulkan sembari Cangkruk Baca. Saya dan mas Siwi siap mengusung 1-2 kardus buku untuk bacaan anak-anak dan warga disana pada hari itu. Yang semula sekedar ingin piknik, saat itu langsung berubah jadi piknik berliterasi.
Robin lah yang akhirnya menjadi menghubung gagasan ini dengan Desa Geger, karena ia juga salah satu pengajar di SMK Putra Wilis, tempat yang menjadi tujuan kami. Gagasan ini dengan cepat kami sebarkan, dan dengan cepat pula direspon para relawan penuh suka cita.
Hanya sekitar 10 anak PAUD, bunda, yang ada disana. Sementara anak-anak SMKnya bertugas mengelola kuliner jika hari Minggu.
Informasi yang tak menyurutkan rencana semula. Bukan kuantitas, dan teman-teman tahu prinsip saya itu. Fokus pada orientasi untuk menstimuli dan menginspirasi. Cara mudah menghadirkan dan membangkitkan kecintaan pada buku, membaca, dan berkreasi. Percayalah, jika ini ibarat sebuah virus, dengan cepat akan menyebar jika situasinya kondusif.
Minggu, 10 Januari 2016
Pukul 06.10 kami (saya dan mas Siwi) telah sampai di TBM Salto (Kauman) tempat kumpul yang disepakati sebelum menuju Geger. Sudah ada Robin, dan seperempat jam kemudian bu Anik dan si gesit Anggi tiba juga. Setelah kami tunggu sampai pukul 06.35 tidak ada lagi yang bergabung, tepat 06.44 melajulah kami menuju Geger, Sendang. Berkonvoi melawan terbitnya mentari.
Satu jam perjalanan melewati jalan beraspal yang kian lama tak terlalu lebar, tepatnya saat memasuki jalan menuju Nglurup dan Geger sebelum kantor Kecamatan Sendang. Jalan menuju Nglurup dan berlanjut ke Geger berkelok menantang dengan sisi kiri berupa tebing yang sebagian telah diolah menjadi persawahan terasiring. Tidak terlalu lebar, tidak memadai untuk berselisih kendaraan roda 4, sepanjang Nglurup-Geger yang beraspal. Hingga memasuki jalan yang sedikit lebih sempit berbalok semen yang sebagiannya telah mulai rusak, hingga beberapa meter menuju Wisata Kuliner – Kebun Bunga, dimana juga ada sekolah disana, diantaranya SMK Putra Wilis. Sekitar 300an meter ini, jalanan berbatu dengan sisi kiri tebing yang cukup mengerutkan nyali. Ada tulisan-tulisan di bibir tebing “Jalan di sebelah kiri, bunyikan klakson“. Beberapa meter dari tulisan itu, ada lagi tulisan “BUNYIKAN KLAKSON“, sebagai sinyal agar sesama pengendara waspada dalam perjalanan melewati jalur pendek yang menantang ini.
Hingga sampailah kami ke WISATA KULINER KEBUN BUNGA yang dikelola oleh Yayasan Putra Buana yang diketuai pak Prih Harianto. Sekitar pukul 8 pagi, kami memasuki area yang sangat luas dengan suasana yang sedemikian hijau sejuk asri, menghipnotis kami semua.
 |
| Foto: Anik Purwani |
 |
| Foto: Anik Purwani |
 |
| Foto: Anik Purwani |
 |
| Foto: Siwi Sang |
Mas Siwi berteriak-teriak… Seperti sekolahnya Andrea Hirata seraya menunjukkan ruang-ruang kelas berlantai plester sederhana di sisi utara area yang menjadi lahan parkir dan sekaligus pesta taman. Di bagian depan kelas-kelas itu terdapat banner yang terbaca sangat istimewa, Sekolah Terpencil SMK PUTRA WILIS SENDANG – TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN.
 |
| Foto: Siwi Sang |
Benar-benar tempat wisata yang menarik, menyajikan kebutuhan pengunjung sedemikian lengkap dalam satu area. Ya, bagi pengunjung yang ingin menginap, juga tersedia Villa Keluarga di utara SMK Putra Wilis. Untuk mencicipi kuliner khas gunung (demikian mereka mem-branding layanan kuliner) tersedia menu-menu khas dengan harga Rp.10.000 makan sepuasnya. Dan 100% keuntungan dari kuliner ini dipergunakan untuk pembangunan dan pengembangan pendidikan formal-nonformal yayasan ini. Di area ini pula, ada TK, MI, hingga SMK. Dan begitu kami melihat sekilas saja rancangan tempat belajar, dapat saya katakan, inilah tempat belajar dan pembelajaran yang sangat menyenangkan, menggabungkan beragam potensi lokal yang sangat menarik sekali.
Pak Rahmat dan bu Ririn, pengelola PAUD dan TBM Salto pun memikirkan hal yang sama. Ini sangat keren. Dan beliau berdua langsung menangkap ada sesuatu yang di sini perlu ditambahkan, sedikit saja…. ya…. tambah sedikit saja…. Demikian juga saya dan mas Siwi. Bahkan kami sempat terkejut ketika pak Prih yang menyapa pagi kami seusai cangkruk baca dengan anak-anak PAUD, menyampaikan gagasan sederhananya, bagaimana cangkruk pagi ini semestinya dikemas. Luar biasa.
Selama 2 jam kami bergembira bersama anak-anak PAUD Beji Lestari dan sebagian siswi SMK Putra Wilis (yang sedang bertugas) dengan Cangkruk Baca dan Kreasi. Anak-anak PAUD sangat gembira dan semangat mendengarkan saya membacakan satu buku cerita. Saat jeda, saya tanyakan,”Baca ceritanya dilanjutkan atau sampai disini?” Kompak mereka meminta untuk dilanjutkan.
Sampai cerita pun berakhir, anak-anak ini masih duduk memilih dan membuka-buka buku hingga akhirnya saya memberinya kesempatan untuk menggambar. Apa yang digambar? Apa saja yang mereka ketahui ada di sekitar mereka, apa yang mereka telah lihat di buku-buku tadi, apa yang mereka dengar dari cerita tadi. Dan luar biasa, mereka semangat sekali melakukannya.
Seperti biasa… siapa saja yang telah menyelesaikan karyanya, Pena Ananda Club, memberinya 1 pin manis…. AKU JUARA KARENA MEMBACA.
Pak Prih cukup visioner. Apa yang beliau sampaikan sebenarnya bisa menjadi kemasan tambahan yang sangat eksotis di sini… TBM PUTRA WILIS, mungkin itu nama yang eksotis untuk gagasan sudut baca di sini. Kami bersorak girang mendengar gagasan beliau. Artinya, tak perlu energi besar untuk membakar gairah literasi di sini. Tinggal mengkaji dan merumuskan teknisnya, karena resourches tersedia sangat cukup di sini.
Tentang buku?
Itu persoalan yang sangat gampang dan mudah.
TBM Kalituri telah membuktikannya, sebagaimana PENA ANANDA CLUB juga telah membuktikan semangat keberbagian warga Nusantara ini.
Ini benar-benar lokasi EDUWISATA yang sangat menggairahkan.
Warming up sebelum perjalanan ke-2 Minggu depan ke Sine, memenuhi panggilan mulia dari seorang pemuda yang sangat peduli. Lalu apa yang dapat kita lakukan bersama. Inilah yang pemuda itu pesankan ke saya (tulisan sudah diedit biar nyaman dibaca):
Nah ya itu, pokok target utama adalah
buat anak-anak disitu lebih milih bersekolah lanjut daripada melaut, (jangan sampai putussekolah).Aku cuma bisa bantu untuk sarana IT.Selanjutnya aku juga punya keterbatasan buat hal yang bukan bidangnya, malah takut keliru.Pokok intinya minta bantuan skali kepada teman-teman untuk bantu di Sine, paling tidak warga Sine bisa punya stock regenerasi yang lebih cerdas dan bisa berkembang. Aku dkk, gak berharap ada keuntungan materiel untuk perjuangan kita, pokok masyarakat sana bisa berkembang saja itu udah hadiah istimewa.
Langsung kami bungkus, selama tidak ada muatan politis…
Salam literasi…
#CatatanEduwisata01
#CangkrukBacaDanKreasi #2
#PenaAnandaClub #Bangoan,
11/01/2016; 11.00
issstiiiimewwaaaaa….
seperti nasi rames menu nggunung ya 😀
hahaha blog nya yang istimewa… seperti yang punya.. :v
Keren… Nyesel nggak ikutan 🙁
Oyaaa? Kamsiyaaaa….. 😀
Ikut tgl 24 Januari ya, ke Sine.
Pesta Baca dan Kreasi Anak Pesisir.
Untuk yang pertama ini di Sine.
Selama 2016 akan menuju beberapa titik penyebaran virus baca tulis.
Mau?
Siapkan stamina ya…. 😀
Mau-mau bunda……….. aq sms ya..
Bun tunggu smsnya…. belum ada…. 😀