Senja Jum’at (18/9) lalu, seorang relawan menghabiskan waktunya bersama saya di Sanggar Kepenulisan PENA ANANDA CLUB. Selain membincangkan gagasan-gagasan untuk FBM mendekati penghujung waktu pagelaran, kami juga ngobrol tentang passion dan kepenulisan.
Kebetulan, Ainun memiliki minat yang besar dalam menulis. Pastinya bukan hanya minat, tapi memang dia suka menulis, hehehe. Sehingga ketika berbincang tentang menulis, ditengah gagasan untuk fundraising yang ditawarkannya, tampak semangatnya cukup menggebu.
Kami sendiri sangat memahami, karena keberagaman latar belakang para relawan, dan tidak semua kawan relawan dekat dengan kebiasaan menulis, maka menulis masih menjadi impian dari beberapa relawan saya. Sementara kami sangat berharap, semua relawan, sebagian besar partisipan aktif, seluruh mitra, bersedia menggoreskan catatan dan testimoninya menjadi bagian dari Festival Bonorowo Menulis 2015 ini. Dan tentunya kami berharap, kesempatan untuk menulis ini tidak dianggap sebagai beban, melainkan tantangan yang justru kelak tumbuh menjadi modal yang menunjang profesi dan minat kawan-kawan relawan. 🙂
Wajar pula jika ada kawan relawan yang tawar-menawar,”Bund, boleh ya nanti nulisnya sekalimat saja.” Eh, separagraf saja. 😀
Saya tegaskan, minimal satu halaman…
Tiba-tiba saya ingat tulisan pak Budi Harsono tentang “menulis itu harus dipaksakan”. Saya rasa, banyak juga kawan-kawan yang berpendapat sama. Bolehlah, menulis testimoni oleh para relawan dianggap sebagai sebuah upaya pemaksaan. Saya tidak keberatan sama sekali, hehehe.
Tapi coba kita urai, manfaat apa yang bakalan teman-teman relawan terima saat berhasil menuliskan testimoninya?
- Jika ini merupakan pengalaman pertama dalam menulis, berarti teman-teman telah berhasil menghancur dinding tebal yang mengungkung potensi linguistik selama ini. Padahal, potensi itu sudah melekat bersama pertama kali kita diciptaNya. Sayang sekali, lingkungan kita lebih banyak mengenalkan budaya lisannya ketimbang menulis, yang merupakan budaya tertinggi dalam perjalanan manusia.
- Kita sudah memulai dan saatnya membiasakan untuk membuat catatan harian, mendokumentakan, mengabadikan setiap pengalaman-pengalaman, dalam kitab perjalanan. Manfaatnya adalah, membantu kita mengevaluasi dan mengelola potensi kita untuk rencana dan cita-cita masa depan. Semengalir apapun kehidupan kita, sangat penting untuk memiliki impian, cita,cita, dan menentukan langkah-langkah resolusi kita di masa yang akan datang.
- Kalau pun kelak tak lagi bergabung dalam Festival Bonorowo Menulis 2015 karena beberapa sebab, maka sejarah telah mencatat, kawan pernah ada dalam barisan ini.
- Tulisan testimoni teman-teman jika berhasil menggugah semangat yang sama kawan-kawan lain di sepenjuru Nusantara, berarti kawan-kawan sudah membangkitkan ruh lterasi pada mereka. Bayangkan berapa besar kebaikan yang sudah kawan-kawan lakukan, baik langsung maupun tak langsung. (Saya jadi ingat pitutur bu Miftahurrahmah saat bersua beliau kemarin Selasa (22/9), bahwa sampaikanlah kabar gembira dan kebaikan itu sebagai wujud syukur kita kepada Allah).