Lagi-lagi Nemu Buku Kembar Siam

Gembira banget, siang ini, Jum’at (18/9), setelah kami muter-muter antar surat dari Rejotangan dan Boyolangu, akhirnya kami memenuhi panggilan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tulungagung. Seharus sejak pekan kemarin kami kesini, mengambil buku hibah yang personal dinas kumpulkan, sebagai respon dari surat kami untuk partisipasi di gerakan hibah buku.

Sambil menunggu mas Siwi shalat jum’at, saya di Balai Budaya, isi waktu dengan mendata buku-buku tersebut. Beberapa teman relawan sudah menghubungi dan berusaha akan bergabung di Balai Budaya. Begitulah selalu, kami lakukan. Dimana ada kesempatan bersama, langsung nempel satu demi satu.

Saat melakukan pendataan, tiba-tiba saya terbengong dengan 2 buku dengan judul yang sama persis, tapi setelah saya ambil buku berjudul sama (yang sebelumnya saya data), ternyata covernya berbeda. Sekilas hampir sama, tapi benar-benar berbeda. Lalu saya baca penulisnya, berbeda. Lalu saya baca resume di sampul belakang buku, sama persis.
Jadilah saya punya ide untuk memfoto semua buku, dan kedua buku tersebut ada di bagian paling atas. Lalu saya posting di FB, berharap ada yang mengomentari hal itu. Eh…. ternyata sepi-sepi saja. Artinya, kalau hanya dari sekilas sampul, pembaca tak bakalan tahu, kalau buku itu memiliki nama penulis yang berbeda.
Saya belum yakin. Tapi kedua buku itu masih tersampul wrap. Rasanya nggak enak untuk membukanya. Kan itu buku hibah.
Begitu mas Siwi datang, saya langsung sampaikan kecurigaan saya. Mas Siwi mengamini saat melihat resume di sampul belakang juga sama.
“Ya sudah kita buka saja,” usulnya. Maka mas Siwi membuka wrap kedua buku itu. Lalu…. benar-benar buku ini tak ada bedanya. Lebih dari 90% sama persis. Bagi mas Siwi yang demen memfoto, langsung semuanya didokumentasikan secara visual, sambil terus kami bertiga (bersama Ika Fitriana) mendiskusikan hal ini.
Mengapa sampai seseorang berani melakukan plagiasi? Bahkan nyaris 100%?

Gambaran saya yang sederhana, plagiator tampaknya menduga kalau karya cetak non elektronik, dengan sebaran yang sedemikian luas (se-Nusantara), besar kemungkinan tidak akan ditemukan dalam satu waktu. Beda dengan karya online. Sekali selancar, dapat dengan mudah ditemukan, apalagi jika juga diterbitkan secara online.
Apakah menulis sudah benar-benar sedemikian sulit, sehingga jalan pintas yang terlintas hanyalah dengan cara plagiasi? Toh kenyataannya, sudah banyak cerita penjualan naskah-naskah kosong tanpa nama untuk memenuhi syarat-syarat pengurusan tertentu (saya tak sebutkan, khawatir ada pihak-pihak yang merasa tersinggung dan ditunjuk hidung). Padahal itu sudah bukan rahasia lagi. Buktinya, cerita serupa dapat saya kumpulkan dari beberapa sumber yang berbeda.
Nekat. Ya, jika seseorang sudah tahu konsekuensinya, maka tindakan plagiasi itu sesuatu keputusan yang super berani. Lebih nekad ketimbang keputusan kami untuk melanjutkan Festival Bonorowo Menulis 2015, meski tanpa dukungan anggaran Pemkab Tulungagung. Plagiasi bukan hanya melanggar undang-undang, tapi juga akan menerima banjir hujatan. Belum lagi, jika berhubungan dengan profesi, bakal ada ancaman berat yang merembet ke institusi juga.
Begitu mas Siwi share ini ke publik melalui FB-nya, tak pelak lagi, keheranan dan kritikan sambar-menyambar. Seperti biasa, dan tugasnya di FBM 2015, mas Siwi berhasil melakukannya. Inilah buku itu:

FBM 2015, menjadi upaya untuk mendekatkan kecintaan pada menulis, menanamkan citra menulis itu suatu yang gampang, sebuah kebanggaan yang tak pantas dipecundangi. Di kelas-kelas menulis Pena Ananda Club kami kenalkan semangat anti plagiasi sebagai sebuah jatidiri.
Jika sekolah-sekolah menolak ajakan kami hanya karena surat FBM 2015 tanpa rekomendasi, lantaran kami sudah berulangkali dipermainkan dalam mengurus rekomendasi, berarti ada upaya sistemik untuk mencerabut potensi kecerdasan anak. Ya, karena literasi adalah denyut kecerdasan anak-anak kita.
Apa kemudian pendidikan formal akan mencetak plagiator-plagiator tanpa mereka sadari?
Road to #FestivalBonorowoMenulis2015
#Bangoan, Jum’at, 18/9/2015; 19:30

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *