Sahabatku Menyadarkanku

Masih terngiang ungkapan “untuk menjadi empati tak harus mengalami“, dan rupanya sama halnya “untuk memahami dan mampu bersyukur tak harus ikut tersungkur“. Betapa sangat beruntung orang-orang yang mata hati, telinga hati, dan nuraninya tidaklah mati. Cepat sekali ia menangkap isyarat untuk menjadi cermin dalam hidup, dan bersegera mengambil langkah-langkah wujud sebuah kesadaran.


Kurasa, bapak yang satu itu sudah sedemikian peduli dengan kegiatan dan budaya literasi, Buktinya, ia dan istri mendukung penuh semangat baca dan kemudian berkembang di penulisan pada kedua putrinya yang masih sangat belia, 4 dan 7 tahun. Jika kemudian beliau bercerita tentang sahabatnya yang difabel, membuatnya tersadar, bahwa dirinya yang diberi kesempurnaan kok tidak bisa berbuat lebih untuk orang banyak, bagiku itu adalah bonus.

Bonus, karena apa yang sebenarnya telah dilakukan dan diwujudkan tak jauh beda dari apa yang disumbangsihkan temannya itu. Dan pastinya para pegiat literasi sangat mengenal kawan beliau, sosok pegiat literasi yang gigih, pejuang bagi kesetaraan para difabel untuk mendapatkan layanan sebagaimana seharusnya, jauh dari diskriminasi, seorang pengacara, dan berdomisili di salah satu kota di Jawa Timur. Saya tak akan mengurai lebih jauh tentang sosok itu sebelum mengenal dengan dekat. Rasanya kurang nges.

Dengan terbata-bata, bapak itu menyampaikan,”Sebenarnya saya sangat malu. Dia saja yang seperti itu bisa berbuat banyak untuk orang lain. Lha saya? Setidaknya dengan kesempurnaan yang tampak ini, saya masih jauh sekali darinya.” Hampir saja aku tak dapat menguasai batinku. Terbayang pula, bagaimana denganku selama ini? Aku yang juga tampak sempurna, sudahkah melakukan banyak hal bagi orang lain? Jika ia, apa sebenarnya niatku?

“Dia itu sahabatku, bun. Kami biasa beradu argumen hingga berotot-otot. Tapi setelah itu, kami selalu kembali bersama, seperti tak ada perbedaan antara kami. Dia benar-benar menyadarkanku.”

Kita akan mengambil bagian kita masing-mmasing dalam cita-cita dan perjuangan yang sama, pak. Percayalah, inshaa Allah kita semua ada dalam satu barisan yang sama.

Alhamdulillaaah.

#Bangoan, Selasa, 18/08/2015; 20:41

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *