Menulislah Sedikit Demi Sedikit

Beginilah datangnya ide. Ketika menjelang shalat, mendadak ide tulisan ini muncul. Mau tidak mau segera dituliskan agar tidak melenyap begitu saja. Untungnya, waktu isya’ masih sangat panjang, dan tulisan ini tak akan memakan waktu sampai jelang fajar… 🙂

Mendadak saya ingat ungkapan salah satu peserta pelatihan ketika mengeksplorasi tantangan dalam proses penulisan. Banyak ide hingga bingung mana yang akan ditulis. Itu sama seperti dalam memilih kain, jika semuanya cantik, rasanya akan dibeli semua dan dijahitkan bersamaan. Kalau memungkinkan, minta ke penjahit agar selesai dalam waktu serentak juga.

Kalau kita cermati, sebenarnya datangnya ide itu pasti satu demi satu. Kadangkala, dalam satu momentum, kita mendapatkan banyak ide. Tapi tetap saja, munculnya satu demi satu. Kebiasaan yang kerapkali kita lakukan adalah meremehkan ide yang baru lewat, dengan beberapa alasan:

  1. Sudah banyak dibahas atau ditulis oleh orang lain.
  2. Tidak terlalu menguasai ide itu sehingga khawatir tak mampu mengembangkannya, padahal ide itu sangat menarik.
  3. Dimunculkan oleh pihak yang tak dikenal publik, padahal idenya sangat-sangat unik.
Pada kesempatan berikutnya, muncul lagi ide-ide baru. Tapi kita memperlakukannya sama dengan ide sebelumnya. Begitu selalu. Baru kita sadari bahwa ide-ide itu tadi menarik, ketika masuk dalam ruang pelatihan, ada sesi membuka pintu ide, menimba ide dari sumur-sumurnya yang tak pernah kering. Ternyata, kita memiliki ide sedemikian banyak. Saking banyaknya, saat ini kalau pun akan menulis, bingung, ide yang mana yang akan dijabarkannya secara utuh. Masih muncul lagi pertimbangan, bagaimana membuat ide yang biasa-biasa saja dapat diramu semenarik mungkin, hingga pembaca kecanduan untuk menikmati tulisan kita. Belum lagi cenut-cenut, karena topik dan bahan pengembangan ide yang menarik justru tak dikuasainya dengan baik.
Saya selalu membiasakan menulis apa saja, ide-ide yang ringan, seperti ide tulisan ini. Tujuan pertama saya, agar otak terbiasa menuangkan kumpulan gagasan, menatanya dengan baik, kalau bisa, membumbuinya sehingga menjadi sajian yang tak kalah yummy-nya dengan kebab kesukaan anak Sanggar Kepenulisan PENA ANANDA CLUB.
Anggaplah ide ringan itu sebagai sarana berlatih, pemanasan. Kalian yang sudah pernah mengikuti pelatihan PENA ANANDA CLUB pasti tahu, warming up itu memerlukan waktu yang kontinyu, lebih lama, ketimbang sesi olahraganya, apalagi pendinginannya. Dan saya lebih suka menjadikan pengalaman-pengalaman dan temuan-temuan saya sebagai topik dalam tulisan saya. Setidaknya itulah guru dan informasi yang paling aktual dan dekat dengan saya, sebelum kemudian menuliskan naskah yang perlu berderet literatur dan data-data penelitian. Jadi tidak perlu khawatir, ketika tulisan warming up-mu bermunculan bagai jamur ketimbang tulisanmu yang berat, seberat mie setan, yang pedesnya bikin mules berhari-hari.
Tips yang sudah banyak didengung-dengungkan oleh para penulis sohor adalah: selalulah menulis, minimal 1 tulisan dalam sehari, tak peduli berapa paragraf dan berapa lembar, yang pasti gagasan dalam tulisanmu tuntas… 🙂
Oke… Selamat menjalani pemanasan dalam menulis….
Salam literasi….
#Bangoan, Jum’at, 27/2/2015; 19:47

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *