Bahkan Keterangsangan itu Bergaya

Dalam sebuah sesi Kelas Menulis di salah satu Sekolah Dasar yang saya dampingi, ketika jam praktek menulis, selalu saja ada yang berteriak,”Temanya apa, bunda!!!” Ketika saya sampaikan tema bebas, anak-anak mengaku kesulitan.

“Beri tema gitu lo, bun!” seru mereka lagi yang disambut sahut-bersahut oleh temannya.

Suatu ketika, ada lomba menulis dengan tema yang ditentukan. Rupanya masih juga ada anak yang merasa kesulitan untuk menerjemahkan sebuah tema, dan mengolahnya menjadi ide cerita.


Pada Pelatihan Penulisan Cerpen Berbasis Kearifan Lokal yang dilaksanakan 3 hari, 24-26 Februari 2015 baru lalu, tema yang diusung adalah kekayaan-kekayaan lokal yang disarati dengan nilai-nilai dan diturunkan secara turun-temurun. Bagi sebagian besar peserta, ini adalah tema yang berat. Sekilas dapat kita lihat, bahwa proses penurunan nilai-nilai dari generasi ke generasi mengalami kemandegan. Dengan dalih apapun, tetap itu sebagai kenyataan yang sangat memrihatinkan. Apalagi jika sampai generasi sekarang jauh dengan kehidupan dan kekayaan nilai yang ada di sekitarnya, tapi mendewa-dewakan budaya yang jauh di seberang kehidupan mereka.

Menerjemahkan tema akan sangat mudah jika dilakukan bersama dalam sebuah kelompok. Bagaimana pun, pengetahuan dan pengalaman masing-masing orang dalam kelompok selalu berguna Sikap saling berbagi yang dikembangkan dalam kelompok, juga akan memunculkan nilai sosial yang tinggi, keberbagian dalam informasi, ilmu, pengetahuan, dan pengalaman. Terutama bagi individu yang mengalami ganjalan setiap kali menerjemahkan tema, bersegeralah merapat dalam kelompok atau komunitas.

Bagi sebagian orang, penetapan tema itu ibarat dalung, penerang seredup apapun tetap akan memberi bantuan untuk dapat melihat sesuatu lebih baik ketimbang dalam kegelapan. Ada sebagian orang yang senang dengan tema-tema bebas. Artinya, dia dapat menghidupkan sendiri dalung-dalung untuk menjadi penerang menemukan ide-ide cerita.

Tema yang ditentukan, juga merupakan perangsang untuk para penulis berfikir tentang topik itu. Tentunya itu alasan mengapa dalam perlombaan penulisan, selalu ditentukan tema khusus. Agar para peserta ikut memikirkan topik itu. Bagi yang enggan melakukannya, pasti mereka memilih untuk tidak ikut serta. Karena, dipaksa dalam bentuk apapun, jika pemaksa bukan dirinya sendiri, pasti akan menemui kebuntuan ditengah perjalanan.

Berbeda jika yang memaksa diri sendiri. Motivasi dari dalam itu akan mendorong penulis untuk menggali banyak informasi dan data setelah menerjemahkan tema itu, agar berhasil menuangkan gagasan-gagasannya yang tak keluar dari tema. Perjuangan yang mungkin saja sampai berdarah-darah tak akan menyurutkannya. Persoalannya pada motivasi. Dan saya pernah melakukan itu dalam 2 kali lomba penulisan essay tingkat nasional yang alhamdulillaah berkesempatan meraih kejuaraan.

Susah dan mudah ini boleh dibilang style setiap orang saat dalam menerima rangsangan. Lagi-lagi, jika yang memang sulit terangsang, kelompoklah yang dapat dijadikan jalan sebagai sebuah jawaban.

Selamat berkarya.

#Bangoan, Jum’at, 27/2/2015; 10:12

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *