Menarik saat menyimak talkshow kemarin (Sabtu, 21/2/2015) di Pojok Literasi LIIUR FM yang menghadirkan Ketua Sanggar TRI WIDA, satu-satunya sanggar sastra Jawa di Tulungagung. Sambil menunggu waktu bedak buku karya Gatotkoco Suroso yang kabarnya fenomenal, saya masih sempat mendengar sekitar 35 menit paparan pak Narko “Sodron” Budiman yang kali ini berduet dengan mas Siwi Sang di ruang yang merupakan kerjasama Sanggar Kepenulisan PENA ANANDA CLUB dengan Radio LIIUR FM Tulungagung.
Terlepas dari penyampaiannya dengan bahasa Jawa (dan memang semestinya demikian, hehehe), ada satu pertanyaan menarik mbak Ari kepada pak Narko. “Mana pak yang lebih sulit, menulis cerita dalam bahasa Jawa atau bahasa Indonesia?”
Bagi pak Narko, yang juga punya pengalaman menulis cerita dalam dua bahasa tersebut, keduanya sama-sama menarik dan tak ada sulitnya.
Menurut saya sendiri, kemampuan berbahasa itu tak lepas dari seberapa besar keterbiasaan kita menggunakan bahasa itu. Jika memang keseharian kita lebih dominan berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, ya bahasa itulah yang lebih mudah digunakan untuk menyampaikan gagasan. Begitulah yang saya amati, di tengah anak-anak yang otodidak berlatih bahasa asing karena arus tren. Anak-anak, ternyata dengan mudah menguasai bahasa itu (Korea), dan dapat mengungkapkan sederetan gagasan sederhana dengan bahasa tersebut.
Mengapa menulis berbahasa Jawa terasa rumit dan sulit?
Karena dalam keseharian kita (sebagian suku Jawa), sudah lebih dominan menggunakan bahasa Indonesia, bahkan di lingkungan keluarga. Kalau toh menggunakan bahasa Jawa, lebih di tingkatan ngoko (keseharian, bahasa untuk sesama usia muda) ketimbang krama bahkan krama inggil. Ngokopun terkadang dicampuri bahasa Indonesia.
Jadi bagaimana?
Kuncinya menulis itu ternyata salah satunya adalah menguasai bahasa dengan baik dan benar. Baik dapat dilatih dengan menerapkan dalam kehidupan keseharian, dan benar tentunya terkait dengan keilmuan kebahasaan, yang harus didapatkan dengan belajar tatanan yang telah diteoritikkan.
Berbahasa perlu pembiasaan.
Menulis pun dengan pembiasaan untuk mencapai ketajaman yang luar biasa.
Selamat mencoba.
#Bangoan, Minggu, 22/2/2015; 15:15
