Media sosial seperti fesbuk, twitter, lebih menarik sebagai tempat letupan-letupan kita mereka ide dan pekikan batin yang bersifat spontan. Kemudahan gadget dan layanan seluler untuk memostingnya, menjadi salah satu alasan mengapa media itu lebih keren ketimbang blog, yang harus dibuka blak agar bisa menuangkan gagasan dan catatan ringan pun serius.
Padahal, tanpa kita sadari, setiap letupan baru, yang tidak kita buat sistem secara khusus, akan lebih mudah tergulung dan tergilas dengan status-status baru. Bukan tidak mungkin status dan kicauan sebelumnya, sebenarnya adalah mutiara gagasan yang dapat diolah lebih luas dan dalam menjadi goresan bermakna. Tapi begitulah, seperti halnya saya sendiri lebih memilih medsos untuk menuliskan pengalaman, gagasan, serta celotehan yang tiba-tiba mendesak untuk diocehkan.
Saya sudah menyadarinya sejak lama, namun untuk mengubah kesadaran dan kepahaman menjadi sebuah tindakan, rupanya juga memerlukan kekuatan khusus. Dan malam ini, kekuatan khusus yang entah itu dari mana, dan berupa apa, telah memaksa saya untuk memindahkan semua celotehan saya di medsos ke rumah saya ini, blog yang sudah lebih dari setengah tahun saya tinggalkan.
Yang kurasakan malam ini, gairah untuk menulis bagai menyulap kelelahan menjadi energizer melepaskan seluruh sumbatan didalam kepala dan dada.
Semoga terus dan terus menulis catatan, meski dalam dekap kelelahan…
#Bangoan, Rabu, 18/2/2015; 21:21