Apa sih #JurnalisWarga?
Apa bedanya dengan wartawan yang kerapkali kita temui, entah itu yang
bergerombol di depan Kantor Dewan, atau blusukan SKPD, Polres, untuk
mendapatkan informasi atau yang lain?
Sederhananya, Jurnalis
Warga atau JW itu adalah warga biasa yang diberi bekal untuk melakukan
fungsi jurnalistik. Warga ini “mungkin”
telah memiliki profesi masing-masing, tetapi mereka melakukan peran
mengumpulkan, mengolah, dan mempublikasikan fakta-fakta yang sudah
dioleh menjadi berita atau produk jurnalistik lainnya.
Ada beberapa alasan mengapa Jurnalis Warga saat ini cukup fenomenal.
1. Ada ketidakpercayaan masyarakat terhadap sebagian produk media
mainstream. Fakta ini, salah satunya terdokumentasi dalam film #TrilogiLINIMASSA,
baik tentang kasus Prita maupun konflik yang terjadi di Maluku. Ketidak
percayaan itu tampaknya semakin menguat ketika media sudah tidak netral
lagi, seperti masa jelang #Pilpres2014 sekarang ini.
2. Teknologi Informasi sangat membantu warga untuk memproduksi karya jurnalistik dengan biaya yang sangat minim, nyaris #ZeroBudget.
Tidak seperti masa lalu, yang untuk menerbitkan Bulletin Jumat tiap
pekan saja minimal harus mengeluarkan dana 100ribu. Seterdesaknya pun,
saat ini, dengan 3ribu rupiah, kita bisa rental 1 jam internet untuk
mengetik, mengunggah, dan membagikan unggahan ke jejaring sosial yang
ada.
3. Teknologi informasi juga membantu JW untuk meningkatkan
kapasitas diri tentang ketrampilan jurnalistik dari internet. Banyak
bacaan dan tayangan tentang kejurnalistikan, berupa modul-modul dan
panduan praktis.
4. Teknologi informasi juga memudahkan JW
untuk mendapatkan literatur tambahan sebagai bahan karya jurnalistiknya.
Meski harus diingat, tidak semua yang dipublis lewat internet adalah
benar.
Karena itulah, selain MEMBACA, seorang JW harus
menguasai teknologi informasi dan memanfaatkan sebesar-besarnya untuk
memainkan peran dan fungsinya sebagai JW.
#Bangoan, Selasa, 1/7/2014; 12:11