Ketika saya membaca artikel-artikel yang disodorkan ke saya, pertama kali saya katakan, sungguh hebat,
bagaimana pun dapat mengunggah kemauan menulis adalah sesuatu yang
sangat patut diapresiasi. Bukan hal yang mudah mendorong dan
membangkitkan kemauan seseorang untuk menulis, apalagi dilakukan
terhadap orang-orang yang telah melewati masa anak-anak. Jadi, jika ada
yang mengatakan itu lebih mudah ketimbang mendorong anak-anak menulis,
pasti belum pernah memasuki di wilayah-wilayah yang berbeda, anak-anak
dan dewasa.
Artikel adalah jenis tulisan
yang berbeda dari berita, catatan pribadi, apalagi fiksi. Tapi, saya
tidak akan membicarakan secara rinci tentang jenis ini. Tugas saya hanya
membaca naskah artikel dan memberikan timbangan atasnya. Terus terang
itu bukan pekerjaan mudah, sama sulitnya dengan pekerjaan mengedit. Dan feeling mengedit selalu mendadak muncul ketika membaca naskah-naskah ini. Itu sangat mengganggu.
Untuk
menghindari gangguan yang mengelebat-lebat dalam pikiran itulah, saya
membuat catatan atas naskah-naskah itu, lalu menuliskan ini dengan
keinginan kita berbagi, bagaimana pembelajaran menulis artikel yang
sesungguhnya. Catatan saya yang pertama adalah: Hampir
semua artikel, tidak berbicara tentang data, dan hanya sedikit fakta
yang diunggah. Fakta-fakta itupun sangat pribadi, berhubungan dengan
diri penulis, kurang membuka ruang sosial yang bisa menguatkan fkakta
itu sebagai suatu fenomena. Sehingga artikel ini tak ubahnya sebagai
tulisan curhat.
Data dan fakta itu adalah landasan argumen penulis artikel untuk menguatkan atau melemahkan hipotesa
yang telah dimunculkan sendiri. Karena sebenarnya, ketika kita merancan
sebuah tulisan, kita sudah memiliki beberapa hipotesa, dan kemudian
dibuktikan dan terjawab oleh sejumlah data dan fakta. Apalagi kalau itu opinion articles, opini harus kuat dengan dukungan data dan fakta, bukan asbun.
Saya
juga sedang curhat dalam catatan ini. Maka ini memang bukan artikel.
Dan saya beri judul yang menunjukkan ini bukan artikel. Tapi yang saya
hadapi beberapa waktu lalu adalah yang berjenis artikel-artikel. Dan
catatan saya yang kedua adalah: Tulisan (sebagian besar) juga tidak fokus, dengan alur yang beberapa kali melompat.
Ibarat kita dari Tulungagung menuju Surabaya, ada jalur
(bukan jarak) terpendek, namun kita memilih jalur yang lebih jauh, dan
ketika menyadari itu kita kembali untuk menuju ke Surabaya. Misal,
ketika kita sampai Kediri, tertarik untuk menuju Madiun. Setelah sampai
Madiun, baru sadar, kalau jalur akan semakin menjauh dari Surabaya,
akhirnya kembali ke Kediri. Sampai di Jombang, mengarah ke Malang, Namun
begitu menyadari, pilihan ini semakin jauh dari Surabay, kembalilah ke
Jombang. Dan seterusnya.
Kalau catatan ini dinilai
sebagai kritik, semoga akan dianggap sebagai kritik yang membangun, yang
tak memupuskan siapapun untuk menulis artikel-artikel. Lagi-lagi,
memang seorang penulis patut membuka diri terhadap kritik untuk
meningkatkan kualitias diri dan tulisannya. Dan itu sama sekali tak
menurunkan apresiasi saya terhadap seluruh penulis artikel baru lalu.
[]
#Bangoan, Senin, 12/5/2014: 13:55
Mau jadi volunter Jurnalis Warga di KabarDesa.com ? Silahkan daftarkan diri Anda di http://www.kabardesa.com/jurnalis-warga 🙂
Kabar Desa Untuk Indonesia
Siiiip…..