Malam hari…Sayur asem dengan krupuk puli buatan sendiri, resep warisan neneknya
duapuluh tahun silam. Sejak harga-harga kebutuhan perut melambung tinggi, menu
itulah yang kerapkali tersedia di rumahnya. Kecuali, jika mbak bunda
membungkuskan lauk khusus untuk kedua anaknya. Sayangnya, kondisi mbak bunda
pun saat ini setali tiga uang dengannya. Masih untung ada sayur berkuah santan,
sebagai sumber lemak. Tapi, bagaimana menjadi sumber lemak kalau dimasak encer?
Begitulah cara-cara perempuan menyiasati suply-demand lambung para anggota
keluarga.
Hanya dengan sesiung besar bawang merah yang dibelinya di warung dekat
rumah mbak bunda, lengkuas, daun salam dan blimbing wuluh yang ada di kebun
liarnya, kangkung yang dipetiknya dari sepetak rawa kecil yang dibuatnya, sudah
cukup untuk sayur sehari. Ia terpaksa membeli bawang merah, karena musim hujan
ini telah membusukkan sederet tanaman bawang merah dan bawang putihnya.
Sebenarnya, beruntung sekali gubuknya dikelilingi kebun tak bertuan, sehingga
untuk urusan dapur bisa disiasatinya dengan hemat. Asalkan, dia mau
berlelah-lelah, bersama kedua anak balitanya di sisa waktu setelah bekerja di
rumah mbak bunda yang berjarak hampir 6 km dari rumahnya.
rumah mbak bunda, lengkuas, daun salam dan blimbing wuluh yang ada di kebun
liarnya, kangkung yang dipetiknya dari sepetak rawa kecil yang dibuatnya, sudah
cukup untuk sayur sehari. Ia terpaksa membeli bawang merah, karena musim hujan
ini telah membusukkan sederet tanaman bawang merah dan bawang putihnya.
Sebenarnya, beruntung sekali gubuknya dikelilingi kebun tak bertuan, sehingga
untuk urusan dapur bisa disiasatinya dengan hemat. Asalkan, dia mau
berlelah-lelah, bersama kedua anak balitanya di sisa waktu setelah bekerja di
rumah mbak bunda yang berjarak hampir 6 km dari rumahnya.
Hujan juga makin menipiskan persediaan krupuk puli buatannya. Biasanya
sisa-sisa nasi dari rumah mbak bunda dan ibunya mbak bunda akan dibawa pulang,
lalu diolahnya menjadi krupuk puli. Ah… apa ia harus menyalahkan hujan untuk
semua kondisi yang sekarang ini makin memepetkannya? Tidak… Kenyataannya,
hujan pula yang membuat mbak bunda membuat kebijakan: jika pagi hujan, berarti
libur, meski itu berarti jatah honor hari itu harus melayang. Daripada sakit,
malah bingung siapa yang akan mengurus dua bocah yang masih menggantungkan
semua padanya dan suaminya, dia pun rela honor melayang.
sisa-sisa nasi dari rumah mbak bunda dan ibunya mbak bunda akan dibawa pulang,
lalu diolahnya menjadi krupuk puli. Ah… apa ia harus menyalahkan hujan untuk
semua kondisi yang sekarang ini makin memepetkannya? Tidak… Kenyataannya,
hujan pula yang membuat mbak bunda membuat kebijakan: jika pagi hujan, berarti
libur, meski itu berarti jatah honor hari itu harus melayang. Daripada sakit,
malah bingung siapa yang akan mengurus dua bocah yang masih menggantungkan
semua padanya dan suaminya, dia pun rela honor melayang.
“Ayo dimakan,” bisik Ringgit kepada Galih dan Rama. Tapi kedua
anaknya hanya memandangi nasi yang sudah berenang di dalam sayur asam.
anaknya hanya memandangi nasi yang sudah berenang di dalam sayur asam.
“Kenapa?” tanyanya melihat kedua anaknya tak bereaksi, tak
bersemangat. “Ayo makan…,” Ringgit mulai mendesak.
bersemangat. “Ayo makan…,” Ringgit mulai mendesak.
“Bu… pengen tempe goreng,” Galih merajuk. Ringgit mendesah.
Tempe goreng… Ah, seandainya pagi tadi tidak hujan, mungkin mereka hari ini
bisa makan tidak hanya dengan sayur asam dan krupuk puli. Jemu alias
“waleh”. Mereka juga mengalaminya bukan? Beberapa hari pun, ia tak
bisa membawa lauk dari rumah mbak bunda, yang sama-sama mengkeret kondisinya.
Tempe goreng… Ah, seandainya pagi tadi tidak hujan, mungkin mereka hari ini
bisa makan tidak hanya dengan sayur asam dan krupuk puli. Jemu alias
“waleh”. Mereka juga mengalaminya bukan? Beberapa hari pun, ia tak
bisa membawa lauk dari rumah mbak bunda, yang sama-sama mengkeret kondisinya.
“Tempe ya?” Ringgit mencoba menghibur dirinya sendiri. Rasanya
nelangsa sekali mendengar permintaan sederhana yang terasa berat. Mereka
mengucapkan tempe, tapi yang ada di batok kepala Ringgit: daging sapi… Huh,
benar-benar kenaikan harga membuatnya sulit untuk mengenali lagi antara tempe
dan daging.
nelangsa sekali mendengar permintaan sederhana yang terasa berat. Mereka
mengucapkan tempe, tapi yang ada di batok kepala Ringgit: daging sapi… Huh,
benar-benar kenaikan harga membuatnya sulit untuk mengenali lagi antara tempe
dan daging.
Galih dan Rama mengangguk…
“Ibu janji… besok, ibu akan beli tempe buat kalian. Ya… tempe.
Sekarang kalian makan dulu, nanti nasinya keburu jadi bubur, gak
enak,” bujuknya, sambil hatinya
melantun doa, agar hujan esok menyisih untuknya bisa bekerja.
Sekarang kalian makan dulu, nanti nasinya keburu jadi bubur, gak
enak,” bujuknya, sambil hatinya
melantun doa, agar hujan esok menyisih untuknya bisa bekerja.
Tapi keduanya terus merajuk. Ringgit terus membujuk. Tak mengubah keduanya,
malah merengek.Ringgit mnggigit bibir, kehabisan akal.
malah merengek.Ringgit mnggigit bibir, kehabisan akal.
“Baiklah…,” katanya kemudian. Tak berapa lama Ringgit mematikan
lampu. Membuat keduanya berteriak kaget dan beralih menjadi ketakutan.
lampu. Membuat keduanya berteriak kaget dan beralih menjadi ketakutan.
“Sudah ibu di sini.”
“Mengapa lampunya dimatikan, bu?”
“Ibu akan suapi kalian saja ya.”
“Tapi kok lampunya dimatikan.”
“Biar kalian bisa makan pake tempe.”
“Haaah…. tempe?”
“Iya….”
Lalu mulailah Ringgi menyuap anak-anaknya. Krupuk puli pun dicelupkan ke
kuah asam, sebelum kemudian disuapkan ke anaknya.
kuah asam, sebelum kemudian disuapkan ke anaknya.
“Mana tempenya, bu?” tanya Galih dengan lantang.
“Lho, kan sudah kamu makan?”
“Ini… rasanya seperti krupuk puli?”
“Hah, klo krupuk kan bunyi gini…,” kata Ringgit sambil
mematahkan krupuk hingga berbunyi kres… Galih dan Rama terus menggerutu, tapi
terus menerima suapan Ringgit.
mematahkan krupuk hingga berbunyi kres… Galih dan Rama terus menggerutu, tapi
terus menerima suapan Ringgit.
Oh Gusti Allah… maafkan aku telah membohongi mereka yang cerdas,
mengenali kalau ibunya sedang membohonginya…
mengenali kalau ibunya sedang membohonginya…
–telagajiwa, 17032013; 22:30–
Sulitnya hidup ini,
mengingatkan pada sebuah kisa 30 tahun silam,,,,
emmmmm
Sekarang pasti lebih muda dan mudah ketimbang 30 tahu silam ya pak? Hehehe