[CatRi] PERCAKAPAN DI SEBUAH KEDAI [1]

“Lebih baik kita kucilkan dia. Itu hukuman yang pantas untuknya. Dia pikir, dia bisa hidup tanpa kita?” laki-laki itu memukul meja karena geram.
“Tapi dia hanya seorang perempuan,” sambung seorang lainnya.
“Kebetulan saja Tuhan menciptakannya sebagai perempuan,” kata laki-laki itu kembali.
“Jadi?”
“Kucilkan saja. Jangan ada yang berhubungan dengannya lagi.”
“Kau sakit hati pada seorang perempuan?”
“Kalian pasti juga sakit hati dengan sikapnya bukan?”
“Jadi?”
“Kucilkan saja. Jangan ada yang berhubungan dengannya lagi!”
“Memangnya kalian siapa?” Tiba-tiba seorang perempuan tua sudah berdiri di belakang mereka berenam. Mereka terkejut. “Berani-beraninya kalian mengatakan itu. Siapa kalian?”
“Lha mbah sendiri siapa?”
“Kalian pikir, kalian lebih suci dan sempurna daripada orang yang akan kalian kucilkan. Siapa kalian? Aku? Aku adalah nenek tua yang akan memastikan kalian hanya akan mengucilkan diri kalian sendiri. Bukan orang lain!”
Mereka saling berpandangan.
“Mbah siapa?” tanya laki-laki yang mendominasi percakapan diantara mereka.
“Aku sudah menjawab pertanyaan kalian. Dan kalian adalah orang-orang yang tak pernah mengenal diri kalian sendiri. Terkucil dari diri sendiri.”
Nenek tua itu menjentik-jentikkan kedua jarinya, lalu pergi begitu saja.

2 thoughts on “[CatRi] PERCAKAPAN DI SEBUAH KEDAI [1]

  1. sangat kebetulan, saya membutuhkan tulisan semacam ini untuk menambahkan rubrik di jurnal lembah biru yang saya kelolah. Bisakah menulis untuk majalah yang saya kelolah? Tapi tidak ada honornya, tema kami saat ini yakni "Kopi".

    Terima kasih, saya tunggu kabarnya.

    Akhmad Fatoni
    Lembah Biru
    Mojokerto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *