JUDUL : SERAT DUKA NEGERIKU (Tinta kasih untuk Mentawai-Merapi)
KETGORI : SEMUA UMUR
PENULIS : 34 PENULIS INDONESIA
(pelajar, mahasiswa, jurnalis, sastrawan)
PENERBIT: Pena Ananda Indie Publishing
CETAKAN : Pertama, November 2010
ISBN : 978-602-98200-0-3
HALAMAN : x + 176 halaman; 14 x 21 cm
HARGA : Rp.50.000,- diluar ongkos kirim
Beberapa Cukilan dari Antologi Kemanusiaan SERAT DUKA NEGERIKU (Tinta kasih untuk Mentawai-Merapi):
Para pengantin dijuntai kembang setaman
harum nan wangi bermahkotakan amyang-amyang
menyita selaksa kenangan…
riuh diiringi shalawat nabi dan barzanzi,
lamat-lamat sudah dilafazkan asma Illahi
para pengantin naik kereta jawa; beroda manusia
berarak tanpa rebana menuju keharibaan-Nya
berselimutkan diam, tenang nan damai
Tanpa bicara, antara Merapi dan Mentawai…
(Dari_Kereta Beroda Manusia__Cak Wot)
Lihatlah!!
di sana masih tumbuh sebatang ilalang
menari-nari gemulai mengikuti alunan angin
sesekali menerbangkan kapas putih
ia masih bertahan…
dan kau, saudaraku
kau akan kuyakinkan tetap bertahan
sebab di sini, di seberang perbatasan yang tak kau ketahui
akan ku coba padamkan kegetiran hidupmu, kekalutan duniamu
dengan sesuatu yang akan dihembuskan Tuhan lewat pekatnya malam
(Dari_Sehelai Sajak Saputangan__Elyvia Inayah)
Kenalkan aku adalah boneka Jogya. Boneka yang terbuat dari kain batik perca yang dibuat pengrajin di Jogja. Aku memiliki rambut hitam bertopi blangkon, dan baju bergaris coklat. Aku dibuat pada tahun 1988 di Jogyakarta, bisa dibilang itu adalah tanggal aku dilahirkan.
(Kisah Sebuah boneka tua__Mayang Anglingsari Putri)
……Mataku terbuka perlahan. Pelupukku terasa masih berat dan hangat. Selimut tebal masih melilit tubuh mungilku. Ctheeer! Suara itu terdengar berkali-kali. Hanya sekilas, kurasakan kembaranku yang masih bernapas tertidur pulas dengan telapak tanganku…
(Kembar__Surya Laila Islami)
Aku terdiam, menelan saja semua perkataan ibuku. Menghela napas, aku memandang kea rah baju biru yang tengah kukenakan, bergambar bentuk abstrak yang tidak kumengerti artinya, salah satu dari baju sumbangan yang berhasil didapatkan kak Abi untukku dalam perebutan kardus sebelumnya…
(Janji___Rizky Auditama Cahyono)
Kami tetap akan menyunggi impian, meski dengan manik-manik kesedihan yang terkalung dan menjerat leher, merontokkan keceriaan.Tapi akan kami ubah menjadi kenangan yang mampu memberi darah baru untuk kehidupan yang lebih baik, mencintai alam untuk anak cucu kami.”Ini jerit dalam do’aku ya Robb, kabulkanlah,”
(Jeritan Mentawai dan Merapi___Sani Eka Putri)
…….Dianggap situasi tak kondusif, Sodron pun meninggalkan gegojekan. Biar tak dianggap tinggal glanggang colong playu dalam melekan malam itu, ia pamit kepada teman-temannya untuk piss of the cuur alias pipis dulu ke jeding di sebelah masjid. Rupanya, Sodron malah mengambil air wudlu untuk kemudian menunaikan shalat sunat tengah malam, bertahajud.
”Mau ke jeding dulu, daripada saya harus kencing di serambi masjid ini nanti malah saya dianggap orang gila. Sebenarnya, saya sah-sah saja kencing di mana pun termasuk di dalam masjid ini, karena saya orang gila. Orang gila itu katanya bebas hukum, termasuk hukum agama sekalipun,” ucap Sodron sebelum menuju jedinglalu menjinjing tinggi sarungnya hingga yaris terlihat pangkal pahanya. Dasar Sodron!!!
Entah bagaimana proses spritual yang dilakukan Sodron, dalam duduk berdzikir setelah menjalankan empat rakaat sunat Tahajud, itu tiba-tiba Mbah Maridjan datang. Mbah Maridjan berdehem terlebih dahulu lalu uluk salam. Mbah Maridjan tampak lebih muda, ganteng, lembut. Wajahnya berbinar-binar dan bersinar, bak rembulan menampakkan cahaya purnamanya. Mbah Maridjan mesem lagi lalu duduk bersila di depan saya.
(Bertemu Arwah Mbah Maridjan__Cak Wot)
….Sejak memilih jalan kemiskinan,hidup mbah Sidiq, selalu kekurangan materi, tidak pernah ada makanan yang dapat disimpan untuk hari esok, hari ini habis, besok mencari lagi. Anehnya dia tidak pernah kelaparan atau hidupnya susah…..
(Kearifan mbah Sidiq__A. Johan Tamimi)
Sunyi. Ruap aroma kamboja memenuhi sepetak udara ruangan yang baru saja kumasuki. Di sisi kiri dekat jendela kamar bercat putih. Sebentuk tubuh membujur kaku di balut kain putih pada sekujurnya seolah mumi, perlahan membuka mata ketika telapak tanganku mengusap kerut di keningnya yang masih ada. Botol infustergantung di atasnya dengan cairan yang hampir tandas. Sekujur kaku itu ibuku. Awan panas yang mendadak muncul tiba-tiba, telah memberangus hampir sekujur tubuhnya. Kepulan pekat yang menggulung itu datang memporak-porandakan rombongan para pengungsi dan ibu salah satu di antara mereka. Beruntung, ibu berhasil ditemukan tim penyelamat dalam keadaan jantung yang masih berdetak. Aku bersyukur, dalam saat yang sesaat, kelopak matanya berhasil membuka dan menatap sekerjapan ke arahku. Setelahnya, sepasang mata yang teduh dan rindang yang selalu kurindu itu perlahan layu. Menutup dan tak membuka lagi. Menjadi seraut kenangan yang akan kukenang sepanjang waktu.…,
(Pada Seraut Kenangan__Bunda Zakyzahra Tuga feat Siwi Sang)
Pemesanan langsung ke:
HOTLINE : 08983456885 (Pena Ananda Indie Publishing)
Email : penaanandaclub@yahoo.co.id
- Kirim SMS/pesan inbox untuk jenis buku dan jumlah yang dipesan beserta alamat lengkap.
- Kirim dana buku sesuai yang dipesan ke No.rek. berikut ini: BCA Cabang Tulungagung no.rek.: 0481183498 a.n. Tjut Zakiyah Anshari.
- Konfirmasi setelah pengiriman ke Hotline: 08983456885.
